Mengenal Tradisi Warisan Leluhur Gorontalo: Pasang Lampu Tumbilotohe
Berita Baru, Gorontalo – Kelestarian tradisi malam pasang lampu pada tiga hari sebelum Idulfitri biasa dikenal oleh masyarakat Gorontalo dengan istilah Tumbilotohe merupakan tradisi warisan leluhur.
Ketua Lembaga Adat Dulohupa Kota Gorontalo Abdullah Paneo mengatakan masyarakat Gorontalo mengenal sejarah pasang lampu sejak abad ke-16 saat agama Islam masuk di daerah ini.
Menurut Abdullah ritual ini muncul sebagai bantuan kepada umat yg melaksanakan “Qiyamul Lail” dan Itikaf di masjid saat bulan gelap menyambut datangnya lailatul qadar.
“Umat yang melaksanakan shalat malam oleh masyarakat diberi penerangan ke masjid dengan berbagai jenis lampu sesuai perkembangan zaman dengan penyediaan bahan bakar yang terus berganti,” kata Abdullah, Senin (10/5).
Lebih lanjut, Abdullah mengatakan di Gorontalo tradisi pasang lampu tersebut mengalami perkembangan seiring perkembangan jaman.
“Pada awalnya muncul tohe tutu dari damar yang dibuat seperti obor (tohe lo o’ayuwa), setelah itu berganti dengan lampu minyak kelapa (padamala). Ia diberi zat pewarna (kasumba) yang ditaruh pada wadah seperti gelas, ada juga pepaya mentah yang dibelah dikeluarkan bijinya, ada juga wadah berupa kerang (biya),” jelasnya.
Menurut Abdullah, ketika masyarakat mengenal minyak tanah maka muncul tohe lo butulu (lampu botol) seperti yang di kenal sekarang.
“Jadi kalau dibandingkan ternyata pasang lampu Gorontalo telah lebih dulu ada bahkan merupakan ritual yang diadatkan penyediaan alikusu, lale, patodu, lambie, polohungo, tonggolo’opo, dan lain-lain,” jelasnya.
Sementara jika ada daerah lain yang melakukan kegiatan tersebut, Abdullah menyampaikan sangat berbeda jauh nilainya dengan apa yang dilakukan masyarakat Gorontalo pada umumnya.
“Jadi tepatnya berbeda, mungkin nama itu baru dimunculkan sekarang untuk mengimbangi kemeriahan Pasang Lampu (Tumbilo Tohe) di Gorontalo,” tutupnya.