Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Membaca Peluang Bersatunya Anies dan Ahok dalam Pilkada Jakarta
Guru Besar Ekonomi dan Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbin

Membaca Peluang Bersatunya Anies dan Ahok dalam Pilkada Jakarta



Berita Baru, Jakarta – Rektor Univesitas Paramadina, Didik J Rachbini mengungkapkan bahwa politik sebagian besar bergantung pada citra dan persepsi, bukan selalu pada realitas.

Dalam sebuah Catatan Politik yang diterima Beritabaru.co, ia mencatat bahwa pertarungan politik antara Anies dan Ahok di Jakarta adalah contoh bagaimana persepsi dapat berubah secara drastis dari waktu ke waktu.

“Politik sebenarnya hanya citra (image), persepsi dan bukan yang sebenarnya atau bukan sebenar-benarnya,” tulis Didik. “Pertarungan politik Anies dan Ahok di Jakarta beberapa tahun lalu dalam pertarungan persepsi yang menjadi kenyataan dalam sekejab tetapi kemudian lenyap dalam sekejab berikutnya.”

Dia juga menyoroti perubahan citra Anies, yang awalnya dianggap sebagai potensi politik radikal, namun kemudian muncul dalam pilpres dengan dukungan partai-partai nasionalis.

“Pertama, Anies sejatinya seorang yang relegius tetapi tidak radikal seperti yang dipersepsikan ketika hadir dalam pilgub DKI dulu,” katanya.

Dalam konteks ini, Didik melihat potensi persatuan antara Anies dan Ahok sebagai langkah positif dalam membersihkan citra politik dari polarisasi radikal.

“Peluang Anies dan Ahok bersatu sangat mungkin karena beberapa faktor,” tulisnya. “Ketiga, tidak ada lagi faktor pendorong keduanya ke arah radikal karena Anies sudah bisa tampil di dalam pilpres dengan citra nasionalis relegius biasa. Keempat, Ahok juga akan bisa diterima publik.”

Menyoroti masa depan Anies, Didik menekankan bahwa kehadirannya dalam politik Jakarta adalah peluang besar, baik untuk karir pribadinya maupun bagi masa depan politik Indonesia.

“Jika Anies tidak masuk politik dalam dalam 5 tahun ke depan maka namanya hilang dari peredaran,” tulisnya. “Karena itu, masuk ke dalam politik di Jakarta adalah peluang yang baik tidak hanya bagi karir dirinya tetapi juga untuk bangsa untuk 2029 nanti.”

Dengan demikian, analisis Didik memberikan pandangan yang mendalam tentang dinamika politik dan potensi perubahan citra dalam politik Indonesia.