Lima Warga Penolak PLTP Dieng Jadi Korban Kekerasan Saat Audiensi
Berita Baru, Banjarnegara – Lima warga Desa Penolak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng unit 2 menjadi korban tindakan kekerasan berupa pemukulan, tendangan dan pelemparan kursi oleh para pekerja PT Geo Dipa Energi.
Kekerasan tersebut terjadi saat digelar audiensi antara warga desa penolak dengan Penjabat Bupati Banjarnegara, Tri Harso Widirahooto serta PT Geo Dipa Energi di Balai Desa Karangtengah, Batur Banjarnegara, Senin (24/10).
“Setelah acara tersebut dibuka, tiba-tiba terjadi pengusiran yang dilakukan oleh pekerja Geo Dipa Energi disertai kekerasan kepada Warga Desa Bakal. Alasan dari tindakan tersebut yakni karena warga Desa Bakal tidak diperkenankan hadir pada pertemuan tersebut,” katA Dera, perwakilan, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, dalam keterangannya.
Dera menjelaskan pertemuan tersebut semula direncanakan hanya mencangkup 40 orang. Namun, 300 warga Desa Karangtengah mendesak memasuki acara tersebut dan kemudian sempat diterima oleh Bupati Banjarnegara.
Sayang tak lama kemudian terjadi penolakan dari pekerja Geo Dipa Energi kepada warga. Akibatnya lima warga menjadi korban tindak kekerasan, di antaranya Dafiqul Fariq ditonjok pada mata kanannya serta diinjak-injak.
Lalu Agesa Ijlal Setyawan ditonjok pada mata kiri hingga lebam. Kemudian Slamet Noviyanto ditonjok mata kiri dan mulut sampai giginya patah. Dan Ahmad Ngafif ditonjok pada bagian dada serta Ahmad Arin terkena lemparan kursi dan dipukul pada dahi kanan hingga lebam dan dahi mengelupas.
Dera menyebut kelima korban kekerasan tersebut langsung menjalani visum di Puskesmas Batur yang hasilnya akan keluar besok Selasa pagi. Hasil visum tersebut rencananya akan digunakan untuk bahan bukti pelaporan ke Polsek Batur.
Dera menyayangkan penolakan tersebut tak seharusnya terjadi. Sebab warga Desa Bakal, wilayahnya menjadi wilayah terdampak dari keberadaan PLTP Dieng, sehingga memiliki hak untuk menyuarakan penolakan tersebut.
“Dampak dari PLTP Dieng ada banyak, diantaranya pencemaran air di beberapa desa yang berubah rasanya menjadi asin karena diduga mengandung logam arsenik, selain itu jangka panjangnya terjadinya amblesan tanah di berbagai titik,” tegas Dera.