Lakpesdam Gelar Diskusi Tashwirul Afkar pada Muktamar Ke-34 NU
Berita Baru, Lampung – Munculnya embrio Nadhlatul Ulama (NU) tidak terlepas dari gerakan Taswirul Afkar (pemuda berpikir) dalam menjaga ajaran Ahlusunnah wal Jama’ah. Forum Taswirul Afkar didirikan oleh K.H. Wahab Chasbullah yang juga berperan dalam berdirinya NU. Salah satu pemikiran Wahab Chasbullah yakni menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama dalam kebebasan berpikir dan berpendapat.
Dalam rangka membangkitkan semangat kaum berpikir ini, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) PBNU dan LAKPESDAM PWNU Lampung sukses gelar diskusi Taswirul Afkar yang dilaksanakan secara hybrid. Kegiatan yang dihadiri 100 peserta diskusi itu bertemoay di gedung A1 Fakultas Hukum Universitas Lampung (UNILA) pada (22/12).
Ketua lakpesdam PWNU Lampung, Rudy, menegaskan bahwa adanya webinar ini sebagai bentuk sinergi antara Lakpesdam PBNU dan Lakpesdam PWNU Lampung dalam rangka menciptakan kaum intelektual terutama dalam rangka menyambut satu abad NU.
Sekretaris Lakpesdam PBNU KH. Marzuki Wahid, yang bertindak sebagai pembuka acara ini mengungkapkan, bahwa dalam catatan sejarah Tashwirul Afkar menjadi wadah melahirkan ilmuan yang produktif dan dirasakan masyarakat.
Beliau menjelaskan bahwa kaum cendekia ini sangat berperan penting dalam penyelesaiaan berbagai problematika pendidikan yang bisa dilakukan dengan cara belajar, mengkaji, berdiskusi dan penerbitan jurnal baik nasional dan Internasional.
Sejalan dengan hal ini, AsfaWidiyanto, menuturkan pentingnya mengkaji keilmuan Nadhlatul Ulama yang tidak hanya dalam bentuk manuskrip saja. Melainkan harus terpublikasikan melalui digitalisasi. “Dijaga fisiknya, karyanya dan sampai pada masyarakat.” “Contohnya kita ada ada karya nih, kita digitalisasikan tapi tidak dicetak, ya sama saja tidak sampai pada masyarakat secara utuh,” papar Guru Besar IAIN Salatiga.
Dalam rangka mencapai tujuan dari tashwirul afkar ini sangat diperlukannya penguasaaan teknologi baik secara teori dan aplikasi. Suripto Dwi Yuwono, menjelaskan, jika setiap orang mampu berpikir, mengembangkan dan meniciptakan maka wara nahdliyin Indonesia mampu menjaga keilmuan dan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah. “Lebih-lebih ditambah lagi dengan kemampuan penguasaan teknologi,” papar pria Dekan Fakultas MIPA Universitas Lampung itu.
Keberadaan Taswirul Afkar juga tak bisa dipisabkan dengan jurnal yang mempublikasikan hasil penelotian di kalangan ulama dan intelektual. Dr. Khamami Zada mendedahkan bahwa jurnal tersebut didirikan tahun 1996. “Dengan izin resmi perpustakaan nasional yang diterbitkan oleh Lakpesdam PBNU secara online dan terbuka,” jelasnya.
Beliau menuturkan bahwa dengan adanya wadah tersebut semestinya dimaksimalkan. “Apalagi yang dinanti. Ayo nulis. Ayo kita bangkitkan pemikiran melalui tulisan-tulisan,” harap Wakil Ketua Lakpesdam PBNU ini. [NAH]