Korea Utara Tuding AS Manfaatkan Pertemuan PBB untuk ‘Skema’ Terhadap Negaranya
Berita Baru, Jakarta – Korea Utara mengeluarkan kritik keras terhadap pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai catatan hak asasi manusia negaranya, dengan menuduh Amerika Serikat menggunakan forum internasional tersebut untuk menjalankan “skema” terhadap Pyongyang.
Menurut laporan dari media negara KCNA yang disampaikan Reuters pada Sabtu (19/8/2023), pemerintahan Korea Utara menyuarakan protesnya terhadap pertemuan tersebut.
Dewan Keamanan PBB telah mengadakan diskusi tentang pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara pada hari Kamis lalu. Dalam pertemuan tersebut, duta besar AS mengkritik pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, atas penggunaan “represi dan kekejaman” dalam upaya pengembangan senjata nuklir dan peluru kendali.
Sementara itu, pada Jumat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama dengan para pemimpin Korea Selatan dan Jepang, melakukan KTT di Camp David. KTT ini bertujuan untuk memperdalam kerja sama militer dan ekonomi di tengah meningkatnya pengaruh China dan ancaman nuklir dari Korea Utara. Mereka juga menyepakati pelaksanaan latihan militer tahunan serta pertukaran informasi secara waktu nyata terkait peluncuran misil Korea Utara hingga akhir tahun.
Meskipun China, sekutu utama Korea Utara, menyatakan keberatannya terhadap pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara, mereka tidak menghalanginya secara aktif.
Seorang juru bicara yang tidak disebutkan namanya dari lembaga pemikiran hak asasi manusia di Korea Utara mengeluarkan pernyataan tegas dalam laporan KCNA.
“Kami tidak akan pernah mentolerir ‘skema’ fitnah terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh AS dan sekutunya terhadap (Korea Utara). Kami akan terus mempertahankan kedaulatan negara, sistem sosialis, dan kepentingan keamanan kami,” ujarnya.
Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Korea Utara kerap menyoroti isu diskriminasi rasial di Amerika Serikat sebagai contoh hipokrisi yang dilakukan oleh pihak Amerika.
Pada hari Rabu sebelumnya, Korea Utara juga mengumumkan bahwa seorang tentara Amerika bernama Travis King, yang masuk ke wilayah Korea Utara bulan lalu, kabur dari Amerika Serikat karena alasan rasisme dan penyalahgunaan.