Korea Utara Menguji ‘Drone’ Serangan Bawah Air Berkemampuan Nuklir Lainnya
Berita Baru, Internasional – Korea Utara telah melakukan uji coba lain terhadap drone serangan bawah air berkemampuan nuklir, menurut media pemerintah.
Negara itu menguji apa yang disebut sebagai Haeil-2 lebih dari seminggu setelah mengungkapkan sistem drone bawah air baru yang dijuluki Haeil-1, yang diterjemahkan menjadi “tsunami” dalam bahasa Korea dan dirancang untuk melakukan serangan diam-diam di perairan musuh.
Analis skeptis tentang apakah kendaraan bawah air ini siap untuk ditempatkan, tetapi mengatakan Korea Utara sangat ingin menampilkan persenjataannya yang beragam untuk melawan Amerika Serikat dan Korea Selatan, yang telah melakukan latihan militer skala besar dalam beberapa pekan terakhir.
Media pemerintah Korea Utara KCNA melaporkan pada hari Sabtu (8/4/23) bahwa tes terbaru itu telah berlangsung dari 4 April hingga 7 April.
“Drone serang nuklir bawah air Haeil-2 melaju 1.000 km [621 mil] dari simulasi jarak bawah air,” kata lapora tersebut, sebagaimana dilansir Reuters.
Laporan menambahkan bahwa hulu ledak uji juga diledakkan.
“Tes tersebut dengan sempurna membuktikan keandalan sistem senjata strategis bawah air dan kemampuan serangan fatalnya,” kata laporan itu.
Korea Utara melakukan sejumlah tes senjata pada tahun 2022 dan telah mempertahankan momentum militernya tahun ini. Mereka mengklaim perlu meningkatkan pertahanannya karena latihan AS-Korea Selatan, yang minggu ini melibatkan setidaknya satu B-52 berkemampuan nuklir AS pembom strategis, adalah latihan untuk invasi.
Pada 23 Maret, Korea Utara mengklaim telah menguji drone serangan nuklir bawah laut yang mampu melepaskan “tsunami radioaktif”.
Dalam kesempatan itu, media pemerintah menyebut drone itu meluncur di bawah air selama 59 jam 12 menit sebelum diledakkan.
Citra satelit juga menunjukkan aktivitas tingkat tinggi di kompleks nuklir utama Korea Utara setelah pemimpin Kim Jong Un memerintahkan produksi bahan nuklir tingkat senjata ditingkatkan.
Tahun lalu, Korea Utara menyatakan dirinya sebagai kekuatan nuklir yang “tidak dapat diubah”, sementara Kim telah mengatakan kepada militer Korea Utara untuk mengintensifkan latihan sebagai persiapan untuk “perang nyata”.
Pembicaraan denuklirisasi telah terhenti sejak pertemuan tingkat tinggi kedua antara Kim dan Presiden AS saat itu Donald Trump runtuh pada 2019.
Pyongyang dilarang menguji rudal balistik di bawah resolusi PBB dan juga dikenai sanksi internasional atas program senjatanya.