Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kinerja Ekonomi Singapura

Kinerja Ekonomi Singapura Beradi di Titik yang Buruk



Beritabaru.co, Internasional. – Kinerja  ekonomi Singapura berada di titik yang buruk pada kuartal kedua. Mengalami roda pertumbuhan tahunan paling lambat dalam satu dekade, serta terjadi penyusutan tajam dari tiga bulan sebelumnya karena sektor manufaktur terus menurun.

Dilansir dari CNBC, Jumat 12/07/2019). Dari tahun sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) meningkat hanya 0,1% pada kuartal kedua, jauh di bawah perkiraan 1,1% dalam jajak pendapat Reuters dan pertumbuhan 1,1% yang direvisi untuk Januari-Maret.

Menurut Kementerian Perdagangan dan Industri, Selena Ling, kondisi ini adalah pertumbuhan PDB paling buruk dari tahun-tahun sebelumnya sejak kuartal kedua pada 2009, dengan angka penurunan 1,2%. Pada basis triwulanan, musiman, dan tahunan, PDB menyusut 3,4% pada April-Juni dari tiga bulan sebelumnya,

“Angka flash kuartal kedua bisa dikatakan cukup menjadi bencana, karena jauh di bawah perkiraan.” kata Selena Ling, kepala departemen keuangan dan strategi di OCBC Bank. Ia menambahkan, bahwa hambatan utama adalah  manufaktur.

Pada kuartal kedua, manufaktur mengalami kenaikan 3,8% dari tahun sebelumnya, setelah menyusut 0,4% pada kuartal sebelumnya. Pihak berwenang Singapura sebelumnya mengatakan mereka akan menarget  pertumbuhan PDB tahun 2019 mereka sebesar 1,5% -2,5%, dan beberapa analis mengatakan mungkin ada resesi pada tahun 2020.

Ling mengatakan dia mengharapkan pihak berwenang untuk segera menurunkan perkiraan pertumbuhan setahun penuh menjadi 0,5-1,5%.

Output manufaktur elektronik sebagai pendorong utama ekonomi Singapura dalam dua tahun terakhir juga menurun selama bulan keenam berturut-turut di bulan Mei. Sementara ekspor mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari tiga tahun.

Prospek pertumbuhan yang lambat di Singapura membuat para ekonom menaikkan taruhan pada bank sentral, untuk melonggarkan kebijakan moneter berbasis nilai tukar dalam pernyataan kebijakan berikutnya yang akan jatuh tempo pada bulan Oktober.

Penulis : Nafisa Fiana
Sumber : cnbc