Ahmad Kurdy Khan, Koordinator Pelaksana acara, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penolakan dari para tokoh dan warga Sumenep terhadap kemungkinan adanya calon tunggal dalam Pilkada yang akan datang.
“Calon tunggal akan merusak demokrasi. Ini bukan kehendak rakyat, melainkan kepentingan elit politik,” tegasnya.
Ahmad, yang berasal dari Desa Beluk Kenek, Kecamatan Ambunten, juga menyatakan bahwa acara ini bukan sekadar ajang silaturahmi atau dukungan kepada Kiai Ali Fikri.
“Kami menyelenggarakan ini karena melihat demokrasi di Sumenep pada Pilkada 2024 dalam kondisi yang tidak sehat,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya keberadaan lebih dari satu kandidat untuk menjaga iklim demokrasi yang sehat di Kabupaten Sumenep, yang dikenal dengan lambang kuda terbangnya. Menurut Ahmad, para kiai dan warga yang hadir memiliki pandangan yang sama dalam menolak calon tunggal.
“Kami menginginkan adanya penantang bagi petahana, sehingga Pilkada Sumenep 2024 tetap kompetitif,” katanya.
Ahmad menambahkan bahwa jika calon tunggal tetap muncul dalam Pilkada Sumenep 2024, pihaknya akan menggelar aksi massa sebagai bentuk protes.
“Sebagai penolakan terhadap calon tunggal, kami akan melakukan aksi massa berupa istigasah dan menyampaikan aspirasi kepada elit politik di Kabupaten Sumenep,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa acara ini bukan yang terakhir. Jika petahana menang dalam Pilkada, para kiai dan warga yang hadir berkomitmen untuk terus mengawal kebijakan pemerintah.
“Proses demokrasi tidak berhenti di Pilkada ini. Ke depan, kami akan mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Karena keadilan tidak akan datang dengan sendirinya, harus diperjuangkan,” pungkasnya.