Ketum Muhammadiyah: Mereka Tidak Patuh, Karena Pemahamannya Tidak Tuntas
Berita Baru, Jakarta – Menyambut hari Besar Iduladha 20 Juli 2021 mendatang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah keluarkan Surat Edaran (2/7) tentang pandemi dan Iduladha 1442 H.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menganggap bahwa masih ada sebagian kecil warga Persyarikatan yang tidak memahami cara Muhammadiyah memandang realitas yang terangkum dalam sistem bernama Bayani (dalil), Burhani (Ilmu Pengetahuan), dan Irfani (hikmah).
“Kenapa itu penting? Saya ingin ngobrol dari hati ke hati dengan para Pimpinan Muhammadiyah dari Pusat maupun di Wilayah juga Ortom dan Majelis-Lembaga,” kata Haedar dalam forum Sosialisasi dan Konsolidasi Edaran tersebut, Rabu (7/7).
Haedar menuturkan, satu setengah tahun wabah Covid-19 berjalan dengan banyak korban berjatuhan, kemudian PP Muhammadiyah berkali-kali mengeluarkan SE terkait perserikatan dan kegiatan kemasyarakatan hingga soal ibadah, bagi sebagian masih dipahami lain.
“Ternyata tidak sederhana. Baik yang yaumiyah (harian) berkaitan salat di masjid sampai pada Ramadan Idulfitri-Iduladha ternyata masih ada respon-respon sebagian kecil di Persyarikatan kita yang masih mungkin ragu atau juga punya pandangan lain bahwa masalah-masalah keagamaan yang terkait dengan Covid-19 bagi sebagian itu ternyata masih dipahami lain,” ungkapnya.
Ia mencontohkan, pandangan lain itu misalnya menolak menutup masjid dengan mengedepankan dalil tapi menegasikan sains, atau mengedepankan sains tanpa ada aspek empati.
Haedar menangkap bahwa tidak diikutinya Edaran dan Sikap Pimpinan Pusat oleh sebagian kecil warga Persyarikatan adalah fenomena baru sekaligus tugas bagi setiap anggota Persyarikatan untuk terus mengenalkan satu kesatuan 3 sistem pandangan keagamaan Muhammadiyah di atas kepada warga lain yang belum paham.