Kekurangan Tenaga Kerja, Jerman Ingin Tarik 400.000 Pekerja Profesional dari Luar Negeri Setiap Tahun
Berita Baru, Berlin – Pemerintah koalisi baru Jerman ingin tarik 400.000 pekerja profesional dari luar negeri setiap tahun dalam upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan demografis dan kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor utama yang berisiko merusak pemulihan dari pandemi COVID-19.
“Kekurangan pekerja terampil telah menjadi sangat serius sekarang sehingga secara dramatis memperlambat ekonomi kita,” kata pemimpin parlemen dari Partai Demokrat Bebas (FDP), Christian Duerr kepada majalah bisnis WirtschaftsWoche, Jumat (21/1).
Selain Duerr, Kanselir Olaf Scholz dari partai Sosial Demokrat dan Environmentalis Greens juga setuju dengan beberapa langkah lainnya dalam pekerjaan.
Beberapa upaya lain untuk menarik pekerja kembali ke Jerman, koalisi pemenrintah Jerman juga sepakat akan memberlakukan sistem poin untuk spesialis dari negara-negara di luar Uni Eropa.
Mereka juga sepakat untuk menaikkan upah minimum nasional menjadi 12 euro ($ 13,60) per jam untuk membuat bekerja di Jerman lebih menarik.
“Kita hanya bisa mengatasi masalah angkatan kerja yang menua dengan kebijakan imigrasi modern… Kita harus mencapai 400.000 pekerja terampil dari luar negeri secepat mungkin,” tambah Duerr, seperti dikutip dari Reuters.
Institut Ekonomi Jerman memperkirakan bahwa pada tahun ini, para pekerja di Jerman akan berkurang lebih dari 300.000.
Hal tersebut lantaran ada banyak pekerja yang sudah tua dan mulai memasuki masa pensiun. Sementara para pekerja yang lebih muda sedikit sekali yang memasuki pasar tenaga kerja.
Kesenjangan ini diperkirakan akan melebar menjadi lebih dari 650.000 pekerja pada tahun 2029.
Tidak hanya itu, diperkirakan juga kesenjangan itu akan lebih besar sekitar 5 juta di tahun 2030 karena kekurangan orang di usia produktif.
Jumlah orang Jerman yang bekerja tumbuh menjadi hampir 45 juta tahun lalu meskipun ada pandemi virus corona.
Puluhan tahun, Jerman tercatat memiliki angka kelahiran yang rendah serta migrasi yang tidak merata.
Angkatan kerja yang menyusut juga menimbulkan bom waktu demografis untuk sistem pensiun publik Jerman, di mana jumlah pekerja lebih sedikit dibandingkan jumlah pensiunan.