Ancaman Konflik di Laut China Selatan terhadap Kedaulatan Indonesia
Opini: Wulan Wahyu Ningrum*
(Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Pontianak)
Di sebuah negeri yang kaya akan keberagaman alamnya, terdapat sebuah cerita yang melintasi perairan dan menyusup ke benak banyak orang. Cerita ini tidak sekadar sebuah dongeng, melainkan kisah nyata yang menggelisahkan: Ancaman Konflik di Laut China Selatan terhadap Kedaulatan Indonesia. Mari bersama-sama menjelajahi kekayaan benua lautan dan menyingkap rahasia kepentingan nasional yang tersembunyi di balik gelombang-gelombang yang tak pernah berhenti.
Bayangkan dirimu berdiri di atas bukit Natuna, menghadap ke arah Laut China Selatan. Di ufuk sana, terhampar luas perairan biru yang membentang seakan tak berujung. Di bawahnya, tersembunyi harta karun alam yang melimpah, serta harapan dan mimpi puluhan juta jiwa bangsa. Namun, apa yang terjadi ketika kedamaian itu terganggu oleh ketegangan geopolitik yang makin meruncing?
Konflik di Natuna yang kembali memanas antara Indonesia dan China mengenai klaim wilayah di Laut China Selatan memang mengundang banyak perhatian internasional. China, dengan kebijakan “Sembilan Garis Putus” yang mereka klaim, sering kali bertabrakan dengan klaim kedaulatan negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang memiliki hak atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) telah melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap berbagai bentuk ancaman terhadap keamanan maritim Indonesia dari bulan April 2023 hingga Januari 2024. Ancaman tersebut mencakup aktivitas riset kelautan oleh kapal asing, pencemaran minyak lintas batas negara, dan dugaan penangkapan ikan ilegal oleh kapal ikan asing. Dalam melakukan identifikasi ini, IOJI memanfaatkan sumber data resmi dan terbuka dari berbagai lembaga yang dapat diandalkan, termasuk data AIS, data perizinan kapal ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, serta data satelit seperti Sentinel 1, Sentinel 2, dan Unseenlabs. IOJI juga memanfaatkan data yang diproses oleh lembaga riset seperti AMTI CSIS, Skytruth, dan lainnya.
Pada bulan Mei 2023, IOJI mendeteksi pergerakan dua kapal riset kelautan bendera Tiongkok di Laut Natuna Utara (LNU), yaitu kapal Nan Feng dan Jia Geng. Kedua kapal tersebut terdeteksi berada di wilayah LNU selama tiga hari masing-masing, dengan Nan Feng beroperasi dari tanggal 1 hingga 3 Mei 2023, dan Jia Geng dari tanggal 29 April hingga 1 Mei 2023. IOJI juga menemukan kejadian pencemaran minyak di perairan sebelah timur Johor, Malaysia, pada tanggal 10, 16, dan 28 April 2023. Data dari BMKG menunjukkan arus laut pada tanggal 28 April 2023 dan 6 Mei 2023 bergerak menuju selatan, dari perairan sebelah timur Johor, Malaysia, ke wilayah perairan Kepulauan Riau, Indonesia. Dugaan tumpahan minyak ini diduga kuat terbawa arus dan mencemari laut Indonesia, mencapai wilayah pesisir Pulau Batam dan Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau.
Tetapi tunggu, cerita ini tidak hanya tentang konflik dan kerugian. Di tengah gelombang ancaman, terdapat sinar harapan yang memancar. Solusi-solusi bijak telah dipersiapkan untuk menghadapi tantangan ini. Salah satu solusi yang paling mencerahkan adalah diplomasi yang proaktif. Indonesia telah melangkah ke depan, memimpin upaya-upaya untuk menyelesaikan konflik secara damai melalui dialog dan negosiasi di tingkat regional dan internasional untuk menegaskan posisi Indonesia di panggung dunia. Aliansi dengan negara-negara yang memiliki kepentingan serupa menjadi kunci untuk menguatkan posisi Indonesia dalam pertarungan diplomasi. Situasi ini membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan strategis, mengingat potensi risiko eskalasi menjadi lebih luas yang bisa berpengaruh pada stabilitas regional dan hubungan internasional di kawasan Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, penguatan pertahanan juga menjadi langkah krusial. Modernisasi armada laut dan udara, peningkatan teknologi pengawasan, serta latihan militer bersama dengan negara-negara sahabat akan meningkatkan kemampuan Indonesia dalam menjaga kedaulatan perairannya. Bakamla, sebagai garda terdepan pengawasan maritim, juga akan diperkuat untuk memastikan keamanan di perairan Natuna.
Laut China Selatan mungkin menjadi medan pertempuran bagi kepentingan nasional yang saling bertabrakan, tetapi bagi Indonesia, itu adalah jantung yang mengalirkan kekayaan dan kehidupan. Namun, tanggung jawab itu tak hanya menjadi beban pemerintah, melainkan juga dari seluruh rakyat Indonesia. Kesadaran akan pentingnya kedaulatan adalah kunci utama. Setiap langkah kecil, mulai dari memelihara lingkungan hingga mendukung kebijakan pemerintah, adalah bagian dari perjuangan menjaga kedaulatan Indonesia.
Mari kita bersama-sama mengembangkan kesadaran dan semangat cinta tanah air, sehingga kita mampu merawat kedaulatan Indonesia sebagaimana kita merawat harta yang paling berharga, yang tak dapat dinilai dengan materi. Kita adalah pewaris dari sejarah ini, dan saatnya bagi kita untuk menjadi pemimpin perubahan, penjaga nilai-nilai kebenaran, di samudra yang terus mengalir tanpa henti.
*Wulan Wahyu Ningrum, M. Ak Seorang penulis dan dosen tetap Prodi Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Pontianak. Lahir di Rasau Jaya, 09 Maret 1991 Kalimantan Barat. Pendidikan program Sarjana (S1) Universitas Muhammadiyah Pontianak menyelesaikan program Pasca Sarjana (S2) di Universitas Tanjungpura Pontianak prodi Akuntansi konsentrasi di bidang Auditing dan Laporan Keuangan. Buku yang telah ditulis dan terbit berjudul di antaranya: Pengantar Akuntansi dan Model & Metode Pembelajaran Inovatif. Penulis juga meruakan editor di Aktiva jurnal IAIN Pontianak.