Kebijakan Ekonomi dalam Menghadapi Dampak Perang
Berita Baru, Jakarta – Serangan yang mendadak dari Iran sebagai tanggapan terhadap Israel telah menciptakan gejolak besar di Timur Tengah. Guru Besar Ilmu Ekonomi sekaligus pendiri INDEF, Didik J Rachbini menyaampaikan dalam situasi eskalasi konflik yang belum pasti, antisipasi terhadap dampaknya terhadap ekonomi menjadi krusial.
“Bagi Indonesia, bagi Presiden baru terpilih, kondisi tidak pasti ini bisa dan akan membuat berantakan dalam menjalankan kebijakan ekonominya dan sekaligus menambah beban baru bagi masyarakat,” ujarnya dalam pernyataan tertulisnya kepada Beritabaru.co, Kamis (18/4/2025).
Untuk melindungi golongan bawah dan rentan, ada tiga kebijakan utama yang perlu diutamakan. Pertama, menjaga daya beli dengan mengendalikan inflasi.
“Pemerintah harus sekuat tenaga dan segala kemampuan mengendalikan harga-harga atau menjaga inflasi. Ini merupakan duet pemerintah dan Bank Indonesia,” tambah Didik.
Kebijakan kedua adalah fiskal, yang membutuhkan kehati-hatian agar pengeluaran produktif dapat membantu masyarakat bawah. “Kebijakan fiskal yang baik adalah prident, berhati-hati dan mampu mengendalikan defisit, jangan jor-joran,” jelasnya.
Sementara itu, kebijakan untuk mempertahankan produktivitas dan dunia usaha di dalam negeri juga penting. “Meskipun eksternal guncang tetapi menjaga ekonomi dan udaha dalam negeri terutama menengah kecil sangat penting di masa genting,” kata Didik.
Dalam hal perdagangan luar negeri, pemerintah perlu menyesuaikan arah ke kawasan yang sedikit terpengaruh perang. “Jalur ke eropa dan timur tengah pasti terganggu. Tetapi mitra dagang di kutub ekonomi lainnya akan hidup terus,” pungkasnya.