JCPOA Runtuh, Iran Akan Tingkatkan Pengayaan Uranium
Beritabaru.co, Internasional – Iran telah mengumumkan akan melanggar batas pengayaan uranium–sebagaimana yang tertuang dalam kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015–, Minggu (07/07/2019). Pelanggaran kesepakan itu, merupakat buntuk tidak ditemukannya solusi perdagangan Iran di pasar bebas.
Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araqchi, mengatakan Iran masih ingin menyelamatkan kesepakatan itu. Tetapi tidak ada kehendak baik dari Amerika–terhadap isi perjanjian, sejak dipimpin Donal Trump—dan pasif Uni Eropa dalam mencari jalan keluar, menjadi alasan utama Iran keluar dari perjanjian,
AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian pada 2018. Sejak itu diberlakukan kembali sanksi ketat yang mempengaruhi ekonomi Iran. Pengumuman Iran menandai pelanggaran terbaru perjanjian itu.
Baca juga: Menlu Iran Tak Berharap JCPOA Runtuh
Pada bulan Mei 2019, Iran mengumumkan akan meningkatkan produksi uranium yang tidak hanya dapat digunakan untuk membuat bahan bakar reaktor, tetapi juga cukup untuk senjata nuklir. Negara ini telah menimbun lebih banyak uranium yang diperkaya daripada yang diizinkan berdasarkan ketentuan kesepakatan. Walaupun begitu, Iran membantah keras bahwa mereka berniat membangun senjata nuklir.
Pada hari peringatan penarikan AS, Iran sudah memberikan batas waktu 60 hari kepada para penandatangan perjanjian yang tersisa yakni Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan Inggris untuk melindunginya dari sanksi AS.
Araqshi mengatakan dalam sebuah konferensi jika Iran akan mulai memperkaya uranium di atas konsentrasi 3,67% dalam beberapa jam untuk menyediakan bahan bakar pembangkit listrik Bushehr-nya.
Dengan peningkatan itu, berarti konsentrasinya menjadi sekitar 5%. Setara dengan uranium tingkat senjata 90% atau lebih.
Namun, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi mengatakan bahwa Iran hanya akan melakukan pengayaan secukupnya, dimana membutuhkan konsentrasi sekitar 20%.
“Kami akan memperkaya uranium berdasarkan kebutuhan kami, saat ini kita tidak perlu memperkaya uranium untuk reaktor Teheran.” tegasnya.
Araqchi mengatakan Iran akan terus mengurangi komitmennya pada kesepakatan 2015 setiap 60 hari. Namun dia juga menekankan bahwa diplomasi masih menjadi pilihan, asalkan sanksi dicabut.
Salah seorang juru bicara badan pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan inspektur mereka akan melaporkan ke markas besar segera setelah mereka memverifikasi perkembangan yang diumumkan.
Runtuhnya kesepakatan nuklir JCPAO, sebagai solusi program nuklir Iran tampaknya semakin dekat. Kebijakan Iran tentang pelanggaran progresif terhadap syarat-syarat perjanjian dilihat di Teheran sebagai cara untuk menekan orang Eropa untuk meringankan dampak sanksi ekonomi AS.
Penulis : Nafisa Fiana
Sumber: BBC