Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Muhammad Javad Zarif
Muhammad Javad Zarif, Menlu Iran.

Menlu Iran Tak Berharap JCPOA Runtuh



Beritabaru.co, Internasional. – Pada 07 Juli 2019, ultimatum Iran ke Eropa berakhir karena Uni Eropa dinilai gagal menyediakan mekanisme perdagangan kepada Teheran. Tidak menemukan titik temu, Iran (mengancam) akan tetap melanjutkan pengayaan uranium.

Sebelumnya, pada 2015 telah diadakan rencana aksi komprehensif bersama atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)–dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Barack Obama Presiden Amerika Serikat (AS), 3 negara Uni Eropa serta Uni Eropa sendiri, China, Rusia dan Iran.

Menurut kesepakatan tersebut, Washington akan menghapus sanksi yang mencegah Teheran terlibat dalam perdagangan bebas, dan Iran akan secara signifikan membatasi program nuklirnya.

Pada 2018, Presiden Donald Trump secara sepihak mengabaikan kesepakatan itu. Tetapi semua pihak yang tersisa berjanji untuk tetap menjunjung JCPOA.

Ketika Uni Eropa gagal memberikan mekanisme perdagangan bebas yang layak kepada Iran dalam menghadapi sanksi AS, Iran mengumumkan penangguhan komitmennya dibawah JCPOA sampai UE menghasilkan solusi yang bisa diterapkan.  

Penangguhan komitmen itu sudah mendekati jatuh tempo dan belum ada solusi dari Uni Etopa.

Menanggapai hal tersebut, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, dalam wawancara via email dengan The New York Times, memberikan komentar. Menurutnya, lahirnya JCPOA didasarkan pada pengakuan eksplisit atas ketidakpercayaan satu sama lain, sehingga kesepakatan itu begitu panjang dan terperinci.

Ia berharap kesepakatan bersama itu dapat diselamatkan. “Kami sedang melaksanakan  opsi penyelamatan dalam kesepakatan dari keruntuhan total, yang akan merugikan kepentingan semua orang, termasuk Amerika Serikat” katanya.

Terlepas dari bahaya kesepakatan saat ini karena keluarnya AS secara sepihak dan kebijakan (tekanan maksimum) berikutnya di internal Teheran, Zarif membela perjanjian itu sebagai solusi terbaik dalam situasi tersebut. “Saya masih percaya JCPOA adalah tetap merupakan perjanjian (mungkin) terbaik tentang masalah nuklir” tambahnya, dilansir dari sputniknews, (05/07/2019).

Ia menambahkan bahwa semua pihak di JCPOA mengerti betul bahwa kesepakatan itu tidak akan menyelesaikan semua ketidaksepakatan sekaligus. “kami menerima kenyataan bahwa kami tidak bisa menyelesaikan semua perbedaan kami dalam kesepakatan ini dan kami sepakat untuk mengabaikannya” katanya.

Meski begitu, kesepakatan itu membahas keprihatinan utama semua pihak yang terlibat. “Itu semua harus dinegosiasikan dengan mata terbuka tentang apa yang mungkin dan apa yang tidak,” tambah Zarif.

Zarif sendiri, telah mengabaikan gagasan kelompok garis keras di Iran yang mengkritiknya, karena terlalu mempercayai Barat. Ketika dia ditanya apakah dia yakin nasib kesepakatan itu membahayakan kariernya, dia menghindari pertanyaan itu, dengan mengatakan dia selalu ingin menjadi guru.

Ia menolak gagasan bahwa Washington dapat menjatuhkan sanksi kepadanya secara pribadi, dengan mengatakan bahwa ia tidak akan rugi.

“Setiap orang yang mengenal saya, tahu bahwa saya atau keluarga saya tidak memiliki properti (kekayaan) diluar Iran. Saya pribadi bahkan tidak memiliki rekening bank diluar Iran. Iran adalah seluruh hidup saya dan satu-satunya komitmen saya. Jadi saya tidak punya masalah pribadi dengan kemungkinan sanksi,” tutupnya.

Penulis: Nafisa Fiana
Sumber: Seputniknews