Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

JAMESTA
(Foto: istimewa)

JAMESTA Dapat Selamatkan Warga Terdampak Corona



Berita Baru, Jakarta – Direktur Eksekutif The Prakarsa, Ah Maftuchan menyoroti gejala sosial yang timbul akibat pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena semakin merebaknya COVID-19.

Maftuch, panggilan akrab pengamat kebijakan publik tersebut, menengarai bantuan yang tidak merata telah memicu protes warga kepada pelaksana lapangan dari Ketua RT, Ketua RW, dan Kepala Desa/Lurah.

“Warga marah karena tidak dapat bantuan, Dan kemarahan itu ditimpakan kepada perangkat di tingkat bawah”. Jelasnya.

Bahkan, Maftuch juga mengkhawatirkan timbulnya konflik horizontal karena warga mulai saling curiga, ada yang kelaparan, sehingga terpaksa melakukan tindakan kriminal.

Persoalan tersebut, lanjut Maftuch, dapat dicegah dengan cara mengubah skema bantuan tunai dari model targeting (hanya menyasar kelompok tertentu) menjadi model universal atau semesta (menyasar semua warga).

Maftuch mengusulkan bantuan tunai tanpa syarat semesta dengan nama Jaminan Penghasilan Semesta atau JAMESTA.

“Pendekatan semesta akan mempercepat dan menyederhanakan proses penyaluran bantuan tunai sehingga akan tepat dan menghindari exclusion error (orang yang berhak menerima bantuan, tapi tidak terdaftar_red.)”. Paparnya.

JAMESTA, kata Maftuch, merupakan bantuan penghasilan dasar tanpa syarat dengan sasaran 203 juta jiwa, yang terdiri dari penduduk usia 15-64 tahun dan usia di atas 65 tahun.

“Skema ini membutuhkan anggaran Rp304,5 T. Diberikan selama 3 bulan, dengan nilai bantuan Rp500.000 per-jiwa per-bulan”. Urai pengamat yang tumbuh di lingkungan Pesantren tersebut.

Ia menjelaskan mengapa besaran bantuan adalah Rp500.000 per-jiwa per-bulan, karena nilai itu merupakan pembulatan dari garis kemiskinan perkapita tahun 2019 sebesar Rp440.538.

Selain itu, Maftuch juga menyadari skema JAMESTA belum sepenuhnya mencakup total-universal basic income, karena tidak mengikutsertakan usia 0-14 tahun. Namun ia menyebut sudah mendekati jangkauan semesta.

“Meskipun skema ini masih quasi-universal basic income, namun sudah mendekati semesta. Skema ini saya ajukan dengan mempertimbangkan bahwa anak-anak akan berada di bawah tanggungan keluarga”. Pungkasnya.