Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Polusi udara
(Foto: Antara)

Jakarta Kembali di Puncak Daftar Kota Kualitas Udara Terburuk di Dunia



Berita Baru, Jakarta – Ibu kota Jakarta kembali menguasai peringkat teratas sebagai salah satu kota paling tercemar udara di dunia pada Kamis (10/8), dengan indeks kualitas udara mencapai 158, menurut laporan IQAir. Posisi pertama ditempati oleh Baghdad, Irak, dengan indeks kualitas udara sebesar 161.

Pada hari sebelumnya, Jakarta masih menduduki peringkat teratas daftar kota paling tercemar di dunia. Jakarta telah secara konsisten berada di dalam 10 besar kota paling tercemar global sejak bulan Mei, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, IQAir.

Ibu kota yang memiliki lebih dari 10 juta penduduk ini mencatat tingkat polusi udara yang tidak sehat hampir setiap harinya, mengkhawatirkan para warga seperti Rizky Putra.

“Situasinya sangat mengkhawatirkan,” ungkap Rizky (35) kepada Reuters TV di tengah jalan di pusat kota Jakarta. “Banyak anak yang sakit dengan keluhan dan gejala yang sama seperti batuk dan pilek.”

Masalah kualitas udara yang semakin buruk telah membawa dampak serius terhadap kesehatan warga, terutama anak-anak. Udara yang tercemar akibat polusi lalu lintas, asap industri, dan pembangkit listrik batu bara telah mengundang keprihatinan yang serius.

Sejak tahun 2021, beberapa individu telah berhasil memenangkan gugatan perdata terhadap pemerintah, mendesak langkah-langkah konkret untuk mengatasi polusi udara. Pengadilan memutuskan bahwa Presiden Joko Widodo harus menetapkan standar kualitas udara nasional guna melindungi kesehatan masyarakat. Menteri Kesehatan dan Gubernur Jakarta juga diminta untuk merumuskan strategi pengendalian polusi udara.

Meskipun telah ada langkah-langkah hukum dan peraturan yang diambil, tingkat polusi udara di Jakarta terus mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Nathan Roestandy, salah satu pendiri aplikasi pemantau kualitas udara Nafas Indonesia, mengungkapkan keprihatinannya.

“Setiap hari kita mengambil lebih dari 20.000 napas. Terpapar udara tercemar secara terus-menerus dapat berdampak pada penyakit pernapasan, paru-paru, dan bahkan asma. Selain itu, hal ini juga bisa memengaruhi perkembangan kognitif anak serta kesehatan mental,” paparnya.

Menyikapi masalah serius ini, Presiden Jokowi mengemukakan solusi yang inovatif. Pada Selasa, ia menyampaikan kepada media bahwa solusi jangka panjang adalah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara. Proyek pemindahan ibu kota sedang berlangsung di pulau Kalimantan dan diharapkan dapat membantu mengurangi beban polusi di Jakarta.

Keputusan untuk menunjuk Nusantara sebagai ibu kota baru telah diambil, dengan rencana pelaksanaan tahun depan dan melibatkan sejumlah aparatur negara. Setidaknya 16.000 Pegawai Negeri Sipil (PNS), personel TNI, dan Polri akan pindah ke ibu kota baru tersebut, semakin menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengatasi tantangan polusi udara yang semakin serius.