Israel Lakukan Ratusan Serangan Udara di Suriah untuk Hancurkan Senjata Strategis
Berita Baru, Yerusalem – Militer Israel pada Selasa (10/12/2024) mengatakan bahwa pihaknya telah menggempur “sebagian besar” senjata canggih Suriah dalam 350 serangan udara di seluruh negeri itu, termasuk di Damaskus, selama 48 jam terakhir.
Dikutip dari laporan Xinhua News pada Rabu (11/12/2024), bahwa kendaraan lapis baja pengangkut personel milik Israel terlihat pada Selasa di zona demiliterisasi, wilayah penyangga yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan didirikan antara kedua negara itu di bawah Perjanjian Pelepasan 1974.
Pasukan Israel memasuki zona tersebut pada Minggu (8/12/2024), dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menekankan bahwa dia memerintahkan langkah itu guna mencegah “kekuatan-kekuatan yang bermusuhan” merebut wilayah tersebut setelah jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah.
Operasi berskala besar tersebut menghancurkan “sebagian besar persediaan senjata strategis di Suriah,” kata Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah senjata-senjata itu “jatuh ke tangan elemen-elemen teroris.”
“Pesawat berawak terbang ratusan jam di atas wilayah udara Suriah, melancarkan lebih dari 350 serangan udara bersama jet-jet tempur,” kata militer Israel, seraya menambahkan bahwa serangan-serangan tersebut menargetkan baterai antipesawat, lapangan terbang Angkatan Udara Suriah, serta puluhan tempat produksi senjata di Damaskus, Homs, Tartus, Latakia, dan Palmyra.
Menurut pernyataan IDF, “banyak senjata strategis telah dinetralkan,” termasuk rudal Scud, rudal jelajah, rudal permukaan-ke-laut (surface-to-sea), rudal permukaan-ke-udara (surface-to-air), dan rudal permukaan-ke-permukaan (surface-to-surface), drone, jet tempur, helikopter tempur, radar, tank, hanggar, dan aset-aset militer lainnya.
Dalam semalam, kapal-kapal rudal Angkatan Laut Israel menggempur dua fasilitas Angkatan Laut Suriah secara bersamaan, menyerang pelabuhan Al-Bayda dan Latakia. Militer Israel mengatakan bahwa 15 kapal Angkatan Laut Suriah sedang berlabuh di pelabuhan-pelabuhan itu, dan “puluhan” rudal laut-ke-laut (sea-to-sea) dengan jarak tempuh 80 hingga 190 km telah dihancurkan.
Israel memantau perkembangan di Suriah dengan saksama. Pada Selasa malam, dalam sebuah pernyataan video dari pangkalan militer Kirya di Tel Aviv, Netanyahu mengatakan harapannya untuk dapat menjalin hubungan dengan pemerintah baru Suriah.
Namun, Netanyahu memperingatkan bahwa jika kepemimpinan baru Suriah “mengizinkan Iran membangun kembali kehadirannya di Suriah, atau mengizinkan transfer senjata Iran, atau senjata apa pun, ke Hizbullah, atau menyerang kami, maka kami akan merespons dengan tegas, dan kami akan menuntut harga yang mahal.”
Sebelumnya pada Selasa yang sama, Israel Katz, menteri pertahanan Israel, mengatakan negaranya sedang membangun “zona pertahanan steril” baru di zona penyangga.
Langkah tersebut menuai kecaman dari negara-negara kawasan, termasuk Iran, Irak, Turkiye, Qatar, dan Arab Saudi, serta memicu seruan-seruan dari masyarakat internasional agar Israel menghormati kedaulatan Suriah.
Israel melancarkan operasi berskala besar itu sambil terus melanjutkan serangannya di Jalur Gaza dan mempertahankan pasukan daratnya di Lebanon selatan, tempat perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah diberlakukan pada akhir November lalu.