Iran: AS Tidak Tertarik Hidupkan Perjanjian Nuklir
Berita Baru, Teheran – Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran mengatakan bahwa proposal AS tidak tertarik hidupkan perjanjian nuklir lantaran penawarannya yang tidak masuk akal dan membuat pembicaraan “semakin rumit setiap jam”.
Pejabat tinggi keamanan Ali Shamkhani dalam cuitannya pada Kamis (10/3) menegaskan bahwa Amerika Serikat membuat “penawaran yang tidak masuk akal” dan memberikan “tekanan yang tidak dapat dibenarkan.”
Hal itu membuat Iran menilai bahwa AS tidak tertarik untuk untuk menghidupkan perjanjian nuklir Iran 2015 (JCPOA), mengingat AS merupakan satu-satunya negara yang menyebabkan JCPOA hancur.
“Pendekatan AS terhadap tuntutan prinsip Iran, ditambah dengan tawarannya yang tidak masuk akal dan tekanan yang tidak dapat dibenarkan untuk segera mencapai kesepakatan, menunjukkan bahwa AS tidak tertarik pada kesepakatan kuat yang akan memuaskan kedua belah pihak. Tanpa keputusan politik AS, pembicaraan semakin rumit dari jam ke jam,” kata Shamkhani.
Shamkhani tidak merinci apa proposal atau tawaran AS yang dianggapnya tidak masuk akal.
Diketahui, Iran dan kekuatan dunia selama 11 bulan negosiasi di Wina “hampir” dapat memulihkan kembali JCOPA, dimana sanksi Iran akan dicabut dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Namun, JCOPA kembali menuai hambatan baru akibat agresi militer Rusia.
Rusia menghadirkan hambatan baru pekan lalu dengan menuntut jaminan tertulis dari AS bahwa sanksi Barat atas invasinya ke Ukraina tidak akan mempengaruhi hubungan perdagangannya dengan Iran.
Kepala perunding Iran, Ali Bagheri Kani, kembali ke Iran secara tak terduga setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menguraikan tuntutan baru Rusia.
Menteri luar negeri Iran mengatakan pada saat itu bahwa Iran tidak akan membiarkan kepentingannya dirusak oleh “elemen asing”. Bagheri Kani terbang kembali ke Wina pada hari Rabu, menurut laporan Reuters.
Meski demikian, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan Iran tidak akan mundur dari garis merahnya dalam pembicaraan di Wina.
Iran juga mengatakan menginginkan jaminan bahwa tidak ada presiden AS di masa depan yang akan meninggalkan kesepakatan nuklir sekali lagi.
Negosiator Eropa dari Prancis, Inggris, dan Jerman untuk sementara meninggalkan pembicaraan karena mereka yakin telah melangkah sejauh mungkin dan sekarang terserah Amerika Serikat dan Iran untuk menyepakati isu-isu yang belum terselesaikan.