Indonesia Model Terbaik dalam Mengurangi Deforestasi
Berita Baru, Jakarta – Laporan Global Forest Review yang dirilis oleh World Resources Institute (WRI) menegaskan bahwa laju deforestasi Indonesia adalah yang terendah dalam sejarah, dengan penurunan kehilangan hutan primer sebesar 65 persen sejak 2015 – angka yang lebih tinggi daripada negara lain di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia memberikan tanggapan positif terhadap laporan tersebut. Musdhalifah Machmud, Deputi Bidang Pertanian dan Pangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, menyatakan bahwa data dari WRI menunjukkan Indonesia sebagai contoh terbaik dalam mengurangi deforestasi.
Hal ini mengkonfirmasi bahwa pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi hutan dan mengurangi deforestasi tanpa mengorbankan pembangunan berkelanjutan dan peluang ekonomi.
“Data dari WRI menegaskan bahwa Indonesia adalah model terbaik untuk mengurangi deforestasi. Ini adalah verifikasi yang jelas dan tidak ambigu bahwa Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah yang tepat untuk melindungi hutan dan mengurangi deforestasi. Indonesia telah melakukan ini tanpa mengorbankan pembangunan berkelanjutan dan peluang ekonomi,” tuturnya.
Namun, pemerintah menyayangkan bahwa Uni Eropa belum mengakui keberhasilan ini. Mereka berusaha membatasi masa depan Indonesia dengan Peraturan Deforestasi dan bahkan mempertimbangkan untuk melabeli Indonesia sebagai ‘Risiko Tinggi’. Pemerintah Indonesia menilai tindakan ini kontraproduktif dan merusak upaya Uni Eropa untuk memperluas hubungan dagang dengan mitra terbesar mereka di ASEAN.
Laporan WRI juga memuji kebijakan dan tindakan pemerintah serta sektor perkebunan yang telah membantu Indonesia mencapai penurunan deforestasi yang signifikan. Kebijakan seperti peningkatan upaya pencegahan dan pemantauan kebakaran, moratorium pemberian izin baru di hutan primer atau lahan gambut, penegakan hukum, dan komitmen untuk melindungi dan memulihkan lahan gambut serta merehabilitasi mangrove telah menghasilkan penurunan kebakaran dan kerugian hutan primer.
Data dari WRI sangat penting dalam implementasi Peraturan Deforestasi Uni Eropa (EUDR) selama 18 bulan ke depan. Data ini menunjukkan bahwa Indonesia bukanlah ‘Risiko Tinggi’ dan Uni Eropa harus memberikan dukungan terhadap keberhasilan kebijakan dan komitmen domestik Indonesia. Indonesia, Malaysia, dan Komisi Eropa juga telah sepakat untuk membentuk Gugus Tugas untuk memperkuat kerja sama dalam implementasi EUDR.
Namun, ada kekhawatiran bahwa Gugus Tugas tersebut mungkin tidak efektif. FAQ yang baru-baru ini diterbitkan oleh Komisi Eropa menunjukkan bahwa dialog dengan negara-negara produsen adalah langkah untuk memenuhi persyaratan peraturan, dan hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa produsen minyak sawit akan diberi label ‘Risiko Tinggi’.
Pertemuan Gugus Tugas yang akan datang dan kunjungan dari Direktur Jenderal Lingkungan Komisi Eropa menjadi kesempatan bagi Uni Eropa untuk menunjukkan komitmen terhadap Indonesia. Data dan fakta yang kuat yang disajikan oleh WRI tidak dapat diabaikan oleh Uni Eropa dan harus menjadi landasan bagi kerjasama yang lebih baik dalam mengatasi deforestasi.