Indonesia Gabung BRICS untuk Perluas Mitra Dagang, Bukan Dukung Dedolarisasi
Beritabaru.co – Indonesia bergabung dengan BRICS bukan untuk mendukung dedolarisasi, melainkan untuk memperluas mitra dagangnya dengan negara-negara anggota BRICS. Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, menegaskan bahwa keputusan ini bertujuan meningkatkan peluang ekspor dan investasi.
Bukan untuk Dedolarisasi, Tapi Perluas Kerja Sama Ekonomi
“Kita masuk BRICS bukan berarti kita mendukung dedolarisasinya China dan Rusia, karena ini dua hal yang berbeda,” ujar Josua.
Ia menambahkan bahwa Indonesia melihat BRICS sebagai peluang untuk memperluas jaringan perdagangan. “Kembali lagi, inisiatif kita masuk BRICS itu lebih karena mengekspansi mitra dagang kita. Bukan dalam rangka utamanya kita mau dukung dedolarisasi,” imbuhnya.
Peluang Baru untuk Ekspor dan Investasi
Keanggotaan di BRICS diharapkan memberikan manfaat ekonomi bagi Indonesia, terutama karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan beberapa anggota BRICS seperti Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan.
Indonesia perlu memaksimalkan keanggotaan ini agar dapat memperluas tujuan ekspor dan menarik lebih banyak investasi. Meski demikian, Josua mengingatkan bahwa Indonesia tetap perlu menjaga hubungan bilateral dengan Amerika Serikat agar tidak menimbulkan persepsi negatif.
“Mungkin bilateral kita dengan AS harus diperkuat juga, kita harus manage (image/persepsi) juga bahwa kita masuk BRICS bukan mendukung untuk ikutan single currency-nya di BRICS,” tambahnya.
Trump Ancam Negara-Negara BRICS
Isu dedolarisasi BRICS kembali mengemuka setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS jika mereka tetap menggunakan mata uang alternatif selain dolar AS.
Dengan dinamika global yang berkembang, Indonesia tetap menegaskan bahwa langkahnya bergabung dengan BRICS murni untuk kepentingan perdagangan, bukan untuk mendukung dedolarisasi.