Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Persenjataan Kapal Perang AS
U.S. Navy (Foto: John F. Williams)

Persenjataan Kapal Perang AS untuk Menanggapi Provokasi Iran



Berita Baru, Internasional – Dalam sebuah berita yang dikeluarkan oleh Fox News, redaktur pelaksana berita militer Amerika Serikat Warion Maven, Kris Osborn mencatat bahwa kapal-kapal Angkatan Laut AS memiliki serentetan senjata modern untuk “menghancurkan ancaman Iran di Teluk Persia jika diperlukan.”

Senjata-senjata itu termasuk senjata nirawak, senjata deck-mount, senjata electronic warfare (EW) atau senjata pertempuran elektronik, dan juga senjata laser. Menurut Osborn, senjata laser itulah yang menjadi senjata paling mematikan yang digunakan untuk merespon setiap provokasi, konfontrasi dan serangan dari Iran.

Senjata deck-mount atau senjata yang dipasang di dek ini mencakup meriam 5 inci yang dipasang pada kapal penjelajah dan kapal perusak dari Angkatan Laut AS. Sementara itu, untuk kapal tempur litoral (kapal tempur pesisir), dipersenjatai dengan 50 senapan mesin kaliber 57mm dan menjadikannya kapal kecil penghancur.

Persenjataan Kapal Perang AS untuk Menanggapi Provokasi Iran
Foto ini diambil pada hari Rabu, 15 April 2020. Dalam foto ini terlihat bagaimana kapal Penjaga Revolusi Iran berlayar dekat dengan kapal militer AS di Teluk Persia dekat Kuwait. Foto ini diambil oleh Angkatan Laut AS.

Osborn juga menyebutkan bahwa kapal-kapal Angkatan Laut AS juga dipersenjatai dengan senjata Close-In-Weapons System (CIWS). Senjata yang dikenal sebagai senjata sea-whiz ini merupakan senjata pertahanan untuk mendeteksi dan menghancurkan rudal jarak pendek yang masuk dan menghancurkan pesawat musuh yang telah menembus pertahanan terluar.

Senjata CIWS ini menurut Osborn, sepenuhnya mampu menghancurkan kawanan serangan kapal-kapal kecil yang bergerak di permukaan dalam jarak dekat.

Untuk pertahanan, Angkatan Laut AS mempersenjatai diri dengan lengkap. Di antaranya: penghalau rudal SM-3 dan SM-6, penghalau rudal Rolling Airframe atau SeaRam, dan RIM-162 Evolved SeaSparrow Missile (ESSM).

Adapun untuk senjata laser, senjata-senjata itu dirancang untuk mendeteksi serangan yang masuk dan kemudian membakarnya dengan cepat.

Lalu untuk senjata EW, diperlukan untuk menggagalkan sensor elektronik dan sistem dari serangan musuh yang mendekat, sehingga EW mampu untuk menonaktifkan kemampuan musuh untuk menyerang.

Penjelasan dari dari Kris Osborn tersebut muncul setelah Wakil Ketua dan Kepala Staf Gabungan Angkatan Laut AS, Jenderal John Hyten mengatakan pada hari Kamis (23/4) bahwa Angkatan Laut AS saat ini memiliki wewenang untuk menanggapi setiap tindakan permusuhan atau niat permusuhan di teluk Persia.

Presiden Trump: Tembak Langsung Kapal Iran

Sebelum pernyataan Jenderal Hyeten itu muncul, pada hari Rabu (22/4), melalui akun resmi Twitternya, Presiden Trump mencuit yang berisi perintah terhadap Angkatan Laut AS “untuk menembak jatuh dan menghancurkan setiap dan semua kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal AS di laut.”

Presiden Trump mencuit: Saya telah menginstruksikan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk menembak jatuh dan menghancurkan setiap dan semua kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal kami di laut.

Sebagai balasan, seorang jubir Angkatan Bersenjata Iran menyarankan agar Presiden Trump dan pemerintahannya agar lebih fokus menyelamatkan militernya sendiri dari pandemi virus korona.

Menurut laporan terbaru dari Pentagon, jumlah kasus COVID-19 di dalam Departemen Pertahanan AS telah mencapai 5.000.

Terkait dengan insiden ‘provokasi’ yang dilakukan oleh kapal cepat Iran beberapa waktu yang lalu, yang dianggap melecehkan kapal AS, Presiden Trump mendesak mantan kepala Pentagon, James Mattis, untuk membuat rencana khusus untuk menanggapi kapal cepat Iran tersebut.

Instruksi dari Presiden Trump tersebut muncul di tengah ketegangan yang sedang berlangsung antaran Iran dan AS telah meningkat. Peningkatan ketegangan itu terjadi setelah Jenderal Jenderal Iran Qasem Soleimani terbunuh dalam serangan pesawat tanpa awak AS di Baghdad pada 3 Januari 2020.

Namun, sebelumnya ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat sejak Presiden Trump mengumumkan penarikan sepihak AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action 2015 (JCPOA) pada tahun 2018. Dan tepat setahun kemudian, Iran mengumumkan bahwa mereka mulai menangguhkan sebagian kewajiban JCPOA-nya.


SumberSputnik News