INDEF: Penggunaan AI Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef Eisha M Rachbini mengatakan bahwa penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mendukung transformasi dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Dampak penggunaan AI pada industri 4.0 akan mengurangi biaya produksi,” kata Eisha dalam diskusi Manfaat Pengaplikasian AI dan Dampaknya terhadap Ekonomi yang dipantau virtual di Jakarta, Kamis (9/3).
Eisha menjelaskan sektor manufaktur saat ini sudah memasuki revolusi industri 4.0 di mana ada konektivitas yang tinggi antara manusia, mesin dan data, yang saling berkaitan satu sama lain dalam membantu proses produksi.
Pemanfaatan AI di industri 4.0 juga akan menciptakan konektivitas tak terbatas melalui interaksi digital yang dibangun antara manusia, komputer dan data sehingga mendorong produksi lebih tinggi.
Aplikasi AI pada mesin robot (robotics) membantu manusia melakukan pekerjaan seperti photo recognition dan handwriting recognition.
Ia mengatakan AI menjadi salah satu dari lima teknologi inti untuk pengembangan revolusi industri 4.0 di Indonesia, dan itu direncanakan akan menjadi bagian dari transformasi ekonomi Indonesia.
Aplikasi AI direncanakan digunakan pada lima sektor industri prioritas di Indonesia yaitu makanan dan minuman; tekstil dan produk tekstil; farmasi, alat kesehatan dan kosmetik; transportasi; serta alat listrik, elektronik dan teknologi komunikasi dan informasi (ICT).
Lima sektor industri prioritas tersebut berkontribusi pada 70 persen Produk Domestik Bruto (PDB) industri, 65 persen dari ekspor industri dan 60 persen tenaga kerja di sektor industri.
“Industri manufaktur memang sedang didorong melakukan transformasi sehingga bisa melakukan percepatan ekonomi. Jadi dengan penggunaan inovasi teknologi tersebut diharapkan mampu melakukan akselerasi percepatan pertumbuhan di sektor ini,” ujarnya.
Ia mengatakan penggunaan AI, robotics dan teknologi lainnya bisa memberikan revitalisasi di sektor manufaktur, yang berarti percepatan untuk pertumbuhan di sektor manufaktur dalam meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan di sektor tersebut.
“Sehingga harapannya memang sektor manufaktur ini bisa memberikan dampak terhadap ekspor yang akan dihasilkan,” tegas Eisha.