Hoaks Kesehatan Meningkat di Masa Pandemi, Wahid Foundation Gelar Acara Rembukan Desa Damai
Berita Baru, Jakarta – Sebagai respons atas meningkatnya hoaks kesehatan, ujaran kebencian, dan kekerasan terhadap perempuan di masa pandemi, Wahid Foundation menyelenggarakan Rembukan Desa Damai secara virtual pada Jumat (29/1).
Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta daring dari 10 Desa/Kelurahan Damai yang tersebar di 3 Provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Pihak-pihak yang turut meramaikan meliputi pemuda-pemudi desa, kelompok perempuan, tim kelompok kerja Desa Damai, dan jajaran pemerintah desa.
Menurut Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation, untuk merespons hoaks kesehatan, narasi kebencian, dan kekerasan perempuan yang malah meningkat di masa Pandemi, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. “Di sini peran masyarakat mutlak dibutuhkan,” ungkapnya dalam acara bertajuk ‘Membangun Komunikasi Asik di Tengah Krisis Sosial dan Pandemi’ ini.
Di level masyarakat, Yenny mengusulkan pentingnya pemberdayaan perempuan dan para pemuda, khususnya yang ada di lingkaran Desa Damai binaan Wahid Foundation.
Untuk perempuan, lanjut Yenny, sebisa mungkin mereka harus memiliki andil dalam penentuan kebijakan, minimal di level desa, sehingga kapasitas mereka harus diperkuat. “Sebab saya punya bayangan, dengan semakin banyaknya perempuan yang memiliki akses kebijakan akan berdampak pada terwujudnya kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
“Termasuk di dalamnya adalah peran seorang ibu. Betapa pun, untuk kontrol atas narasi kebencian, hoaks, dan semacamnya Ibu memainkan peran kunci. Seyogyanya para ibu harus menjadi pelindung keluarga. Ketika ada informasi apa pun yang masuk, harus disaring terlebih dulu dan didiskusikan bersama antara ayah, ibu, dan anak. Jangan langsung ditelan mentah, apalagi langsung di bagi ke tetannga,” imbuh Yenny.
Adapun di tingkat pemuda, Yenny menilai bahwa mereka adalah generasi melek teknologi, sehingga perlu untuk diarahkan. “Untuk para pemuda, kita bisa mengarahkan mereka untuk membuat konten-konten kreatif dan positif, yang ini berfungsi sebagai konter terhadap narasi-narasi negatif yang berhamburan di media sosial. Jadi, kolaborasi adalah kunci di sini,” kata putri kedua mendiang Gus Dur tersebut.
Agenda ini juga dihadiri oleh Nyimas Aliyah, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Kondisi Tertentu dan Situasi Khusus, selaku narasumber yang berbagi tentang “Tantangan Perempuan di Tengah Krisis Pandemi” dan Ainun Chomsun, Founder Akademi Berbagi, yang bicara seputar “Perempuan dan Pemuda Membangun Etika Komunikasi selama Krisis dengan Menyebarkan Konten-Konten Positif, Kritis dan Terbuka.