Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

GUSDURian Yogyakarta menggelar talkshow bertajuk "Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?" dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-14.
GUSDURian Yogyakarta menggelar talkshow bertajuk “Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?” dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-14.

GUSDURian Yogyakarta: Politik Uang Ancam Demokrasi



Berita Baru, Jakarta – Komunitas GUSDURian Yogyakarta menggelar talkshow bertajuk “Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?” dalam rangka memperingati Haul Gus Dur ke-14, Jumat (19/1/2024) kemarin. Acara yang berlangsung di Pura Jagatnata, Banguntopo, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta itu menghadirkan tiga pembicara, yakni Wasingatu Zakiyah, Wahyudi Anggoro Hadi, dan Nur Kholik Ridwan.

Dalam talkshow ini, para pembicara membahas pandangan mereka tentang demokrasi di Indonesia, termasuk tantangan dan solusinya. Salah satu isu menarik yang diangkat adalah praktik politik uang (money politic), dianggap sebagai ancaman serius bagi demokrasi.

Wasingatu Zakiyah, aktivis Perempuan Anti Politik Uang, menegaskan pentingnya penolakan terhadap praktik tersebut. Zakiyah mengajak masyarakat untuk bersikap tegas dan tidak memberikan dukungan kepada calon pemimpin yang terlibat dalam politik uang.

“Dalam Pemilu, kita tidak sedang memilih malaikat, namun kita sedang memilih orang yang derajat syetannya paling kecil,” tegas Zakiyah.

“Kriterianya ialah siapa di antara para calon yang tidak terlibat politik uang, tidak menyelewengkan kekuasaan, dan tidak mengandalkan orang dalam untuk mencapai tujuan,” imbuhnya.

Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggungharjo, turut mengakui bahwa politik uang merupakan tantangan serius, bahkan hampir menjadi syarat tidak tertulis untuk menduduki jabatan seperti Lurah.

“Maksimal hari ini 25.000 rupiah per orang ini kata DPR yang saya sowani, ada juga selanjutnya yang saya sowani akhirnya bilang, sekalian hadapi dan lawan saja itu (politik uang),” tutur Hadi.

Nur Kholik Ridwan menyoroti pentingnya perlawanan kultural dalam melawan politik uang. Menurutnya, perlawanan ini harus dimulai dari masyarakat dan komunitas.

“Untuk melawan politik uang, kita perlu melakukan perlawanan kultural. Dimulai dari masyarakat, komunitas, lalu tidak harus berhasil 100%, namun setidaknya ada kelompok politik yang mampu menjadi jembatan. Maka jangan anti politik praktis, anti politikus, anti negara,” papar Nur Kholik.

Acara ini ditutup dengan orasi politik Jay Akhmad, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian, yang mengajak masyarakat untuk aktif berperan dalam mewujudkan demokrasi yang kuat dan bersih. Jay Akhmad menyampaikan bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang bisa diterima begitu saja, tetapi harus diperjuangkan.