“Georgia” Review: Jalan Terjal dan Buntu Bagi Korban Kekerasan Seksual
Berita Baru, Entertainment – Film pendek asal Korea “Georgia” (2020) menyita perhatian setelah diputar khusus untuk penonton Indonesia melalui channel YouTube sutradaranya, Jayil Pak.
Film ini diperankan oleh pemeran veteran, diantaranya Lee Yang-hee dan Lee Chae-kyung sebagai pemeran utama. Film yang diangkat dari kisah nyata ini sudah diputar dari festival ke festival dan meraih sederet prestasi, diantaranya Grand Prix untuk film terbaik Korea di Busan International Short Film Festival 2021 dan Nominasi Film Pendek Terbaik di Blue Dragon Awards 2021.
Hari ini (17/12), sekali lagi film tersebut memenangkan Crystal Punt Award untuk kategori Film Pendek Terbaik di Festival Film Cambridge. Sebelumnya, “Georgia” juga mendapatkan penghargaan Best Narrative Short di ajang Philadelphia Asian American Film Festival 2021.
Selain itu, film ini juga diputar di ajang bertaraf internasional seperti Flickerfest International Short Film Festival 2021 Australia dan mendapatkan Honorable Mention di ajang Atlanta Film Festival 2021, Amerika Serikat.
Apa yang dibicarakan “Georgia”? Berikut review singkatnya.
Review “Georgia”
Secara garis besar, film ini menceritakan perjuangan orangtua mencari keadilan atas anaknya, korban pemerkosaan oleh 18 orang, yang kini telah bunuh diri. Dari total 30 menit 46 detik panjangnya, film ini mampu menguras emosi, dengan elemen-elemen yang disuguhkan secara detail.
Kita diajak menyaksikan bagaimana Lee Jina dan keluarganya menjadi korban kekerasan struktural. Ayahnya hidup sebagai buruh, sementara ibunya memiliki kekurangan fisik akibat sakit stroke. Ia tak dapat berbicara dan berjalan dengan lancar. Keduanya tak mampu menggunakan teknologi, namun berusaha mendesain spanduk protes.
Lee Jina diperkosa oleh 18 orang pelajar, namun tak satu pun mau bersaksi atas kejadian itu. Polisi nampak tidak tegas menyelidiki kasus Jina. Mereka menyatakan kasus ini ditutup, namun orangtua Jina terus melancarkan protes dengan memasang spanduk di depan kantor kepolisian.
Pertemuan orangtua korban dan pelaku turut mewakili kendala yang dihadapi korban kekerasan seksual di dunia nyata. Orangtua pelaku berusaha ‘membayar’ Ayah Jina agar mau berhenti melakukan protes dan menerima bahwa kasus ini telah selesai, baik menggunakan uang maupun surat permintaan maaf. Semuanya ditolak oleh Ayah Jina karena yang harus ia dapatkan untuk keadilan adalah: nyawa anak lelaki mereka.
Film “Georgia” menggambarkan kesulitan yang dihadapi korban kekerasan seksual. Kesulitan mengakses lewat jalur hukum, dipaksa berdamai, kesulitan mendapat bukti, institusi masih melindungi pelaku, sampai rasa lelah berhadapan dengan pelaku dan keluarganya.
Ending film ini pun menyisakan pesan penting; perjuangan melawan ketidakadilan adalah kerja panjang. Sekalipun mereka lelah dan hanya memasang spanduk bergambar kotak-kotak saking tak mampu lagi melampiaskan kata-kata, namun mereka tetap menuntut satu hal: investigasi ulang.
Tak ada yang lebih memilukan dibanding upaya seseorang memperjuangkan keadilan bagi orang yang mereka cintai.
Untuk akting pemerannya, harus diakui ini sisi baru Lee Chae-kyung yang belum pernah terlihat selama tampil dalam drama serial. Aktingnya kali ini membuat penonton terlarut dalam emosi. Lee Yang-hee menjadi rekan duet yang sepadan, keduanya mampu membawakan nuansa kesedihan dan amarah yang tiada habisnya.
Meski sosok Lee Jina hanya muncul satu kali, namun Jayil berhasil membuatnya dilihat lebih dekat oleh penonton melalui adegan di kamar Jina yang penuh dengan desain poster dan huruf. Tulisan-tulisan ‘Georgia’ di dinding kamar itu mencerminkan kegiatan terkini Jina sebelum bunuh diri, yaitu merancang huruf tipe Georgia ke dalam huruf hangul Korea.
Dalam spanduk protesnya, Ibu Jina bersikeras menggunakan huruf Georgia, meski tahu huruf berbahasa Inggris itu tak bisa dipakai dalam spanduk berhuruf Korea. Namun bagi sang ibu, penggunaan huruf itu untuk menunjukkan bahwa perjuangan ini adalah milik anaknya.
Pemerkosaan berujung bunuh diri ini telah mengakibatkan satu nyawa seorang anak perempuan cerdas dan kreatif harus melayang. Tentu saja, itu bukan hanya kenyataan yang harus ditelan di dalam film.
Film “Georgia” masih bisa ditonton hingga pukul 12 malam ini. Klik tautan di bawah ini untuk menonton.