Gelar Pentas Tiga Bayangan Virtual, Teater ESKA Mulai Gebrakan Baru
Berita Baru, Yogyakarta – Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini Teater ESKA UIN Sunan Kalijaga akan menggelar Pentas Tiga Bayangan keempat secara virtual pada 7-8 April 2021.
Kendati situasi pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir, hal ini menuntut para pekerja seni, termasuk seniman Teater Eska untuk terus berkarya dengan mengembangkan ide dan konsep pertunjukan teater virtual yang tetap menarik untuk dinikmati namun tidak kehilangan esensi.
Pentas Tiga Bayangan merupakan gagasan pertunjukan unik yang dihadirkan oleh Teater ESKA sejak 2014. Pertunjukan ini menghadirkan tiga naskah, tiga sutradara dan tiga tata panggung yang berbeda dalam satu pementasan .
Selain mengemas pertunjukan secara virtual, Pentas Tiga Bayangan kali ini akan menampilkan kebaruan yang inovatif dalam dunia seni teater.
“Perbedaan pentas ini dengan sebelumnya adalah letak tata panggung yang sebelumnya terpisah di tiga lokasi yang berbeda dalam satu ruang, menjadi satu panggung yang memuat tiga pementasan sekaligus, namun dengan tata panggung yang berbeda,” kata Ananda Bagus Wirahadi Kusuma, pimpinan produksi Pentas Tiga Bayangan 2021.
Dengan mengusung tiga naskah yang masing-masing berjudul “Memeluk Badai” yang disutradarai oleh Madhur M. Alif, “Kelaparan” disutradari oleh Anas Mukti Fajar dan “Panduan Menari dari Tuhan” oleh Mahfud Setiawan, ketiga repertoar ini akan mengusung cerita yang dikemas secara surealis dan sarat dengan kritik sosial.
Repertoar “Memeluk Badai” yang ditulis oleh Madhur M. Alif mengisahkan persoalan hidup manusia yang mempunyai dorongan dalam tubuhnya untuk melakukan tindakan yang tidak pernah lepas dari hal yang buruk dan baik. Naskah ini tercermin dalam perbuatan manusia yang terdapat sisi baik dan sisi buruk melalui dorongan nafsu yang ada dalam diri.
Sementara repertoar “Kelaparan” karya Siti Aminah yang diilustrasikan dengan dua burung pemakan daging busuk dan satu tanaman yang beracun, membicarakan situasi hari ini di mana manusia saling menindas dan mengambil hak orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Adapun repertoar ketiga yang berjudul “Panduan Menari Dari Tuhan” karya M. Farid ini hendak menampilkan ketimpangan sosial di masyarakat. Repetoar ini menyinggung beberapa konflik sosial di antaranya isu kemanusiaan, sosial-ekonomi, politik, ekologi, hingga agama yang digambarkan oleh tiga tokoh di dalam tiga zaman yang berbeda.
“Penayangan Pentas Tiga Bayangan akan dipadukan dengan sinematografi, sehingga akan mewujudkan sinematik teater yang perwujudannya sedikit banyak akan keluar dari kaidah-kaidah teater pada umunya. Hal ini menjadi salah satu gerakan tersendiri di tengah pandemi yang melanda kita semua, terutama beberapa komunitas kesenian teater yang mecari bentuk baru untuk melahirkan suatu karya yang ideal,” kata Ahmad Rajulurrasyid, Lurah Teater Eska.
“Sedanngkan teater sinematik di Indonesia merupakan suatu bentuk yang baru akhir-akhir ini, bahkan terdengar masing asing, terutama di dunia kesenian,” tambahnya.
Sebagai teater kampus tertua di Yogyakarta, Teater ESKA sendiri merupakan organisasi teater di bawah naungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang konsisten berkarya dengan karakter teater profetik dan surealis sejak 1980 hingga hari ini.