Forkot Gresik Kaji Perubahan Iklim, Bahas Dampak Serius Bagi Lingkungan
Berita Baru, Gresik – Lembaga Forum Kota (Forkot) Gresik menggelar dialog di Balai Nelayan Pasusukan Lumpur Gresik, Jum’at (30/9). Dialog tersebut mengkaji terkait perubahan iklim dan permasalahan-permasalahan lain yang berdampak serius terhadap pemanasan global serta ekosistem lingkungan, termasuk dampak emisi.
Dialog bertajuk ‘Mari Berkontribusi Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim’ ini sekaligus menjadi pembuka rangkaian agenda Rapat Kerja (Raker) III Forkot Gresik di Pacet Mojokerto pada Sabtu (1/10). Dalam dialog itu, dua tokoh diundang sebagai narasumber, yakni Anggota DPRD Gresik Musa dan Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Prof. Purwo Sudirjo.
Dalam paparannya, Prof. Purwo Sudirjo mengatakan bahwa perubahan iklim terjadi karena dampak gas emisi sisa pembakaran mesin industri serta efek rumah kaca yang berlebihan. Sehingga tanpa disadari akan menyebabkan kerusakan lapisan ozon dan pemanasan global, dimana suhu bumi akan naik signifikan.
“Pemanasan global disebabkan karena pemakaian gas, naik ke atas lalu bertemu dengan lapisan ozon, akibatnya ozon rusak dan berlubang,” ujarnya.
Purwo menerangkan, risiko pemanasan global akibat perubahan iklim juga akan dirasakan oleh berbagai sektor termasuk pertanian. Karena itu, dibutuhkan kepedulian bersama terhadap lingkungan serta pengelolaan limbah hingga membangun koridor hijau.
“Karena kerugian perubahan iklim juga akan dirasakan oleh para petani akibat cuaca tidak menentu, karena itu dibutuhkan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan, sehingga bisa mengurangi kondisi buruk yang ada saat ini,” terang dia.
Selain itu, pola pengelolaan limbah rumah tangga juga sangat penting. Mengingat, meningkatnya aktivitas kehidupan manusia sehari-hari juga pasti berpengaruh terhadap produksi limbah rumah tangga, seperti limbah popok dan plastik.
“Karena banyaknya sampah plastik di sekeliling kita juga menjadi problem tersendiri dan harus ada penanganan. Sebab jika ditimbun aka berdampak terhadap pencemaran sumber-sumber air. Maka dari itu, air yang bening belum tentu layak dikonsumsi,” tandasnya.
Senada juga disampaikan Anggota DPRD Gresik Musa. Menurutnya, pengurangan risiko perubahan iklim harus diantisipasi oleh semua pihak, karena sangat berbahaya dan berdampak terhadap lingkungan maupun berbagai sektor khususnya pertanian. Apalagi, Kabupaten Gresik merupakan wilayah dengan basis industri.
“Bila perlu perusahaan harus dipaksa melalui kampanye lingkungan, karena saya melihat pemerintah daerah melalui dinas lingkungan hidup (DLH) juga kinerja yang dilakukan masih bersifat rutinitas, sehingga penanggulangan terhadap perubahan iklim ini sangat kecil,” bebernya.
Politisi asal Nasdem itu menuturkan, faktor penyebab perubahan iklim yang paling utama adalah penggunaan energi. Perusahaan-perusahaan berbasis energi menjadi penyumbang terbesar perubahan iklim. Selain itu, bahan kimia yang digunakan oleh industri juga sangat berpengaruh.
“Selain itu juga karena pembakaran sampah. Hasil riset kebanyakan dari kita adalah membakar 20 persen sampah yang tiap hari diproduksi dibakar,” ucapnya.
Hadir dalam dialog tersebut, beberapa perwakilan dari Persatuan Anak Lumpur (PAL), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Gresik, Ikatan Pelajar Putra – Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU), dan Gerakan Pemuda Nusantara (Genpatra), Pemuda Pancasila (PP).
Kemudian Masyarakat Gresik Peduli Kemanusiaan (MGPK), Lembaga Avicenna for Good Goverment and Public Policy, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Gresik, serta sejumlah nelayan Kelurahan Lumpur.