FISIP UB Ajak Pemuda Wonokitri Optimalkan Desa Wisata Moderasi Beragama
Berita Baru, Malang – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) mengajak pemuda memahami potensi desanya. Banyak potensi desa yang bisa dioptimalkan. Sehingga, desa itu memiliki nilai lebih untuk pelestarian, pemajuan, dan pemanfaatan.
Salah satu yang bisa dikelola adalah sumber daya alam, tradisi, bahkan keragaman agama. Oleh sebab itu, FISIP UB mengundang pemuda desa Wonokitri untuk berdiskusi terkait desa wisata moderasi beragama yang ada di sana. Wisata desa berbasis keragaman agama yang kaya akan tradisi dan budaya.
Berbentuk diskusi dan pelatihan, kegiatan itu mengundang puluhan pemuda lintas agama di Taman Edelweiss Bromo, desa Wonokitri, kecamatan Tosari, kabupaten Pasuruan, pada Jum’at, 05 Juli 2024.
Mohamad Anas selaku dosen FISIP UB mengatakan bahwa pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk diskusi dan pelatihan optimalkan desa wisata moderasi beragama ini merupakan wujud tanggung jawab akademik, dalam rangka melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.
“Harapannya dari diskusi dan pelatihan ini, teman-teman bisa menyadari dan memahami potensi desanya. Potensi ini jika diulik mendalam dan dibranding lebih kuat akan menghasilkan banyak manfaat untuk masyarakat. Manfaatnya sangat besar, di antaranya desa bisa dikenal banyak orang dan tentu meningkatkan ekonomi masyarakat,” tambah Anas, yang juga ketua dari pengabdian kepada masyarakat.
Anas juga menyampaikan bahwa desa Wonokitri sebagai desa terakhir menuju Bromo ini sangat potensial sebagai desa wisata moderasi beragama. Desa wisatanya sudah dapat, tinggal bagaimana masyarakat bisa mempromosikan keberagaman agamanya. Lalu dikemas dengan menarik, maka orang akan mengenal pula desa Wonokitri tidak hanya edelweissnya, tapi juga kerukunan umat beragamanya.
Selain itu, Al Muiz Liddinillah selaku peneliti Oase Institute juga menjelaskan akan pentingnya desa wisata yang berbudaya dan moderat beragama. Menurutnya, desa Wonokitri telah diberikan anugerah alam yang indah, maka jika dipadukan dengan praktik kebudayaan dan tradisi keberagaman agama yang kuat, Wonokitri akan menjadi desa yang powerfull dalam pengelolaan potensi desa.
“Alhasil, Wonokitri akan dikenal lebih luas sebagai desa budaya dan bermoderat beragama (moderasi beragama) yang mampu mengelola sumber daya alam dengan baik. Sehingga masyarakat bisa menuai manfaat dari wisata itu. Dan juga, wisatawan akan mendapat pembelajaran berharga dari Wonokitri,” ujar pria asal Gresik itu.
Tentu potensi desa yang besar, kalau tidak dibranding akan kurang gaungnya. Maka branding itu penting. Strategi dan teknik branding pada pelatihan itu disampaikan oleh M. Lukman Hakim.
Lukman Hakim yang juga dosen UB menyampaikan bahwa branding itu penting. Sesuatu yang baik dan positif kalau tidak dikemas dengan baik maka akan kurang masif pengaruhnya. Maka perlu belajar strategi dan teknik branding atau promosi yang baik dan masif.
“Banyak cara yang bisa dilakukan, di antaranya adalah dengan mengoptimalkan media sosial. Masyarakat perlu mengerti teknik membuat konten, dan tentu teknik memviralkannya. Itu akan membantu mempromosikan pariwisata desa ke publik,” tambahnya.
Pria asal Magelang itu juga mengatakan dalam membuat konten tidak perlu bagus dulu, kuncinya adalah mau dan berlatih. Mau dulu saja; mau belajar dan mau berkarya. Selain itu yang tidak kalah penting adalah konsisten, konsisten meproduksi konten. Konsistensi itu yang akan mengantar pada bagusnya sebuah karya, karena sering latihan.
Setelah paparan Lukman, peserta mendapatkan waktu untuk membuat konten. Konten promosi desa wisata moderasi beragama yang dibuat peserta diunggah ke medsos masing-masing. Rangkaian kegiatan pun usai dan ditutup dengan ramah tamah serta foto bersama. (Dini/ Farha)