Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Ekonom: Indonesia Naik Kelas, Rankingnya Masih di Bawah

Ekonom: Indonesia Naik Kelas, Rankingnya Masih di Bawah



Berita Baru, Jakarta – Bank Dunia awal Juni 2023 lalu menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi negara berpenghasilan menengah atas. Masuknya Indonesia dalam kategori berpendapatan menengah atas karena ekonominya tumbuh kuat sebesar 5,3% pada 2022 sehingga gross national income (GNI) per kapita Indonesia naik 9,83% pada tahun lalu.

Namun demikian, Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai, sekalipun Indonesia naik kelas Indonesia sebagai sebagai negara pendapatan menengah ke atas, rankingnya masih di bawah. 

“Ada yang harus diluruskan dulu bahwa cara bank dunia untuk membagi kelas pendapatan rendah, menengah bawah, menengah atas, dan pendapatan tinggi itu dilakukan berdasarkan Gross National Income (GNI), dan juga GNI berdasarkan metode atlas,” kata Rizky.

Hal itu ia tegaskan dalam diskusi Twitter Space Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), bertajuk ‘Indonesia Naik Kelas, Kapan Bisa Lepas dari Middle Income Trap’, pada Kamis (20/7) kemarin.

Dijelaskan Rizky, akar perhitungan memang tetap di GDP tapi kemudian di adjust. Untuk kasus Indonesia GNI memang lebih kecil dari GDP karena ada faktor-faktor produksi asing yang berproduksi di Indonesia masuk dalam PDB tapi tidak masuk dalam GNI.

Jenis perhitungan dengan metode atlas adalah dengan GDP ke GNI dengan perhitungan tertentu lalu diolah berdasarkan perbandingan nilai tukar dan perbandingan inflasi dan seterusnya itulah yang disebut metode atlas. 

“Sayangnya di data BPS tidak ada GNI metode atlas, yang ada hanya GNI versi BPS,” ujarnya.

Menurut Rizky,  Bank Dunia biasanya pada setiap tengah tahun membuat klasifikasi yang tidak tetap namun tidak banyak bergeser (hanya sekitar 50 USD), dan pada 2022 diputuskan klasifikasi batas pendapatan menengah bawah batasnya adalah 4466 USD/kapita sampai 13845 USD/kapita di menengah atas. 

“Negara berpendapatan tinggi/maju adalah yang di atas 13845 USD/kapita,” sebutnya.

Kalau negara yang terjebak dalam middle income trap adalah yang tetap ‘bermain’ di 4466-13845 itu, terutama di tengah atau tengah ke bawah dari angka itu. 

“Sementara Indonesia naik kelas tapi hanya 4580 USD/kapita. Jadi hanya naik sedikit sekitar 100 point dari batas bawah,” urainya.

Rizky menyebut, Indonesia juga pernah di Tahun 2019 naik melampaui batas bawah tapi hanya kisaran 50 – 100 USD/kapita. Nah pada 2020 ketika COVID-19 Indonesia kembali ke menengah bawah. 

Setelah 2 tahun pasca COVID-19, Indonesia memang naik tapi masih di ranking bawah. Karena hanya naik 4580, maka andai pada 2023 -2024 nanti ada guncangan seperti resesi maka bisa saja akan turun lagi ke batas bawah.

“Itu artinya Indonesia masih jauh sekali dari batas untuk keluar dari middle income class,” kata Rizky.

“China saja, per definisi bank dunia di atas sesungguhnya belum menjadi negara maju karena hanya 12850 USD/kapita. Masih butuh 2-3 lompatan untuk menjadi negara maju,” sambungnya.