Cegah Serangan Siber APT dari Korut, Kementerian Unifikasi Korsel Tingkatkan Sistem Keamanan Komputer
Berita Baru, Inetrnasional – Pada Minggu (21/6), Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel) mengumumkan akan meningkatkan sistem komputer mereka agar lebih baik dalam mengatasi serangan siber dari Korea Utara (Korut).
Hal itu disampaikan oleh salah seorang pejabat dari Kementerian Unifikasi kepada kantor berita Yonhap.
Peningkatan sistem komputer itu dilakukan mengingat serangan siber tahun lalu di kementerian yang dilakukan oleh seorang peretas yang menyamar sebagai seorang staf kementerian.
Peretas itu mengirim email berisi kode berbahaya kepada wartawan yang meliput pekerjaan kementerian. Para ahli siber mengatakan bahwa serangan waktu itu didalangi oleh pihak Korut.
Awal bulan ini, Kementerian Unifikasi juga menegaskan bahwa kemampuan serangan siber berteknologi cerdas dan sangat maju sedang meningkat. Karenanya, peningkatan sistem pertahanan komputer ini perlu dilakukan untuk mencegah serangan siber.
Peningkatan sistem ini bertujuan untuk mendeteksi dan menganalisis serangan siber Advanced Persistent Threats (APT) yang menargetkan kementerian unifikasi secara realtime.
APT merupakan serangan siber berbentuk malware yang kompleks, berbeda dengan malware biasa, dan memakai banyak komponen khas untuk menyerang perangkat.
Ketika malware APT sudah masuk dalam perangkat, maka ia tidak langsung menyerang perangkat, melainkan merubah kinerja dan performa perangkat secara perlahan-lahan, misalnya data hilang, corrupt, kinerja perangkat menurun (lemot).
Selanjutnya, APT akan mempelajari kebiasan pengguna perangkat dan secara berkala (realtime) akan mengirimkan data kepada peretas. Itu bisa berlangsung bahkan selama bertahun-tahun.
Dengan demikian, APT merupakan serangan siber yang memang disengaja dan mengejar target yang spesifik, dan bukan acak.
Dalam usaha meningkatkan sistem komputer, Kementerian Unifikasi direncanakan akan menghabiskan 320 juta Won (US$ 265.000) dan diperkirakan akan membutuhkan waktu selama enam bulan.
“Ini akan membentuk sistem baru yang memungkinkan kami untuk merespons serangan siber secara efektif dengan menghubungkan sistem dengan lembaga-lembaga yang mengkhususkan diri dalam mencegah serangan siber, bahkan para pegawai negeri harus duduk sepanjang hari dan mencari kemungkinan serangan,” ujar seorang pejabat Kementerian Unifikasi dilansir dari Yonhap.
Langkah ini merupakan salah satu langkah perlindungan terhadap kemungkinan serangan siber dari Korut dan pihak-pihak lain.
Mengutip Sputnik, Korut sering dituduh oleh para pihak keamanan dunia siber internasional, terutama AS, melakukan infiltrasi jaringan keuangan global dengan meluncurkan serangan siber.
Misalnya kasus virus WannaCry pada Mei 2017. Korut dituduh merupakan aktor dibalik serangan siber itu dengan memblokir komputer di seluruh dunia dengan menampilkan pesan di layar perangkat yang meminta uang tebusan jika ingin perangkatnya kembali normal.
Namun, dalam pertanyaan pada tanggal 20 Mei 2020, Kementerian Luar Negeri Korut membantah tuduhan bahwa Korut mendalangi serangan WannaCry, dan menganggap tuduhan itu hanya bertujuan untuk mencoreng nama baik Korut.
Peningkatan sistem komputer dari Kementerian Unifikasi Korsel ini juga muncul setelah ketegangan antar-Korea semakin memanas setelah Korut memutuskan semua komunikasi dengan Korsel pada 9 Juni. Seminggu berselang, 16 Juni, Korut peledakan kantor penghubung antar-Korea di perbatasan.
Setelah itu,militer Korut mengumumkan akan kembali memulai ‘semua jenis latihan militer reguler’ di dekat Zona Demiliterisasi Korea (DMZ).
Sebagai tanggapan, militer Korsel memperingatkan bahwa Korut akan mendapat balasan setimpal jika mengambil tindakan militer terhadap Korsel.