Bertemu Sri Mulyani, IMF Apresiasi Stabilitas Perekonomian Indonesia
Berita Baru, Jakarta – Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut Indonesia menjadi titik terang saat ekonomi dunia suram.
Hal tersebut diungkapkan oleh Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat bertemu dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“#Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy (Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang memburuk),” tulis Kristalina melalui akun Instagram pribadinya dikutip pada Rabu (12/10/2022).
Sementara itu, dalam pertemuan tersebut Sri Mulyani mengatakan bahwa Kristalina memberikan apresiasi kepada Indonesia yang meraih pertumbuhan tinggi dengan kondisi stabilitas politik dan fundamental ekonomi yang kuat.
Dalam pertemuan itu, keduanya berdiskusi tentang perkembangan terkini ekonomi global dan membagi kekhawatiran yang sama terkait kondisi banyak negara. Sebab, dunia saat ini memang sedang tidak baik-baik saja.
Lebih lanjut, ia mengatakan dirinya dan Kristalina sepakat bahwa perlu ada mekanisme untuk mitigasi risiko terjadinya resesi apabila kondisi ini benar-benar berlanjut.
Menurutnya, mekanisme itu harus dibuat khusus agar diterima oleh semua negara, baik negara maju dan negara berkembang.
Dengan begitu, mekanisme tersebut bisa menjadi bantalan (buffer) agar negara-negara yang mengalami kesulitan dapat dibantu dan tidak terperosok ke dalam jurang krisis dan resesi ekonomi yang lebih dalam.
“Indonesia akan terus aktif mendukung dirumuskannya opsi-opsi dan langkah konkret untuk memitigasi risiko multi krisis saat ini,” imbuh Sri Mulyani.
Di lain kesempatan, Sri Mulyani menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia masih cukup sehat dan aman dari ancaman resesi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,4 persen pada kuartal II 2022 dan inflasi yang masih terkendali di level 5,95 persen pada September lalu menjadi dasarnya.
Indonesia mencatat inflasi sebesar 5,95 persen pada September 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka ini di bawah perkiraan, 6,8 persen. Selain itu, utang luar negeri pemerintah juga menurun. Begitu pula dengan utang korporasi yang semakin rendah.