Berikan Gamelan ke Ponpes Krapyak, GKR Hemas Berharap Santri Jadi Pelaku Budaya
Berita Baru, Yogyakarta – Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta menerima seperangkat gamelan kuningan pelog dan slendro dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) D.I. Yogyakarta. Seremoni serah terima diberikan langsung oleh GKR Hemas kepada KH. Afif Muhammad selaku Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak serta Ketua Yayasan Ali Maksum Yogyakarta di halaman Pesantren, Kamis (02/12) pagi.
Dalam sambutannya, Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono IX itu mengatakan bahwa saat ini permintaan gamelan sangat banyak dan sudah terdapat daftar tunggunya. Permintaan datang tidak hanya dari Yogyakarta seperti sekolah, desa budaya, instansi-instansi, melainkan juga dikirim ke kedutaan di luar negeri, diantaranya Rusia, Jepang, Finlandia, dan lain sebagainya.
“Meskipun antre, tetapi saya mendesak agar pondok pesantren jadi prioritas. Dan hari ini terwujud. Kami dapat menyerahkan seperangkat gamelan pelog slendro lengkap. Gamelan ini merupakan salah satu kekuatan budaya kita sehingga dapat memperkuat karakter bangsa. Kalau budayanya kuat, bangsa kita juga pasti kuat,” kata GKR Hemas selaku anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal D.I. Yogyakarta tersebut.
Lebih lanjut, GKR Hemas berharap agar nantinya tidak hanya santri putra yang belajar gamelan, santri putri juga perlu diberi pelatihan yang sama. Ia menilai pendidikan itu dapat menambah nilai santri, tidak hanya memahami pelajaran agama, tetapi juga dapat melakukan praktik budaya.
Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali Maksum menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada GKR Hemas. Ia menyatakan bahwa hubungan antara Pesantren Krapyak dengan Keraton sudah terjalin sejak awal pendiriannya.
“Pondok Pesantren Krapyak didirikan oleh Simbah K.H. Munawwir yang cukup dekat dengan Keraton, dan kedekatan itu terjalin terus-menerus. Bahkan dalam beberapa hajatan di Krapyak, pihak Keraton pun turut hadir. Kami sebagai penerus mengupayakan agar pesantren ini terus berkembang,” kata Nyai Ida saat sambutan.
Berkaitan dengan Hibah Gamelan yang baru saja diterima oleh lembaganya, Nyai Ida menilik sejarah, bahwa gamelan merupakan media dakwah para wali dengan pendekatan kebudayaan.
“Sejarah Walisongo menggunakan gamelan sebagai media dakwah. Ini menjadi pendekatan yang efektif sehingga dakwah berkembang pesat. Demikian pula, adanya gamelan ini akan menjadi media dakwah alternatif bagi Pesantren Krapyak untuk merangkul masyarakat lebih luas,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Dian Lakshmi, yang mendampingi GKR Hemas. Menurutnya, agama dan kebudayaan bukanlah sesuatu yang terpisah. Keduanya dapat berjalan bersamaan membentuk harmoni.
“Berkebudayaan tidak bisa lepas dari praktik keagamaan. Praktik-praktik ini harus dikembangkan sehingga dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Harapannya, dengan adanya gamelan ini bisa dikerjasamakan dengan sanggar atau pondok pesantren lain sehingga dapat menjadi kerja kebudayaan kolektif,” kata Kundha Kabudayan DIY tersebut.
Menurut Dian, pendistribusian gamelan menjadi kewajiban Dinas Kebudayaan yang dilakukan setiap tahun melalui skema Dana Keistimewaan. Permintaan sangat banyak tetapi produksi gamelan tidak bisa terburu-buru dan prosesnya panjang. Itulah sebabnya daftar antriannya menjadi panjang.
Prosesi penyerahan Hibah Gamelan tersebut juga dihadiri oleh anggota DPD RI asal Yogyakarta, Hilmy Muhammad, jajaran Pengasuh Pondok, segenap guru Yayasan Ali Maksum, Camat Sewon, Lurah Panggungharjo, Dukuh, RT serta warga setempat.
Acara dimeriahkan dengan penampilan santri-santri putra yang mementaskan beberapa tembang diiringi gamelan dan santri-santri putri memainkan beberapa lagu dan shalawat menggunakan instrumen angklung.
Selain Pondok Pesantren Krapyak, penerima Hibah Gamelan lainnya adalah Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad Wonosari, Gunungkidul, asuhan KH. A. Kharis Masduqi. Penyerahan dilakukan di hari yang sama setelah dari Krapyak.