Bashar Assad Ungkap Alasan Militer AS Tetap Tinggal di Suriah
Berita Baru, Internasional – Dua kali dalam setahun, Donald Trump telah mengumumkan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Republik Arab. Namun itu tidak termasuk kontingen militer AS yang menjaga kilang minyak di Suriah.
Merespon hal tersebut, Damaskus mengutuk keputusan AS. Mereka menganggap penyebaran militer Amerika di daerahnya ‘ilegal’.
Hal itu sebagaimana yang disampaikan Presiden Suriah, Bashar al-Assad saat diwawancarai stasiun televisi China, Phoenix Television. Pada kesempatan itu, Assad menjelaskan dua langkah harus segera dicapai agar pasukan AS keluar dari negaranya.
Pertama, semua kelompok teroris di wilayah Suriah harus diberantas. Sebab, perang melawan teroris digunakan oleh pemerintah AS sebagai alasan untuk tetap ada di Republik Arab.
Kedua, menyakinkan sekutu AS diantara penduduk setempat, seperti Kurdi, untuk bergabung dengan pemerintah Suriah.
“Kelompok-kelompok ini harus dibujuk, dengan satu atau lain cara dan khususnya melalui dialog. Demi kepentingan bersama, mereka harus merangkul tanah air dan bergabung dengan upaya negara Suriah untuk membebaskan semua wilayahnya,” kata Assad.
Presiden Suriah percaya bahwa setelah dua tujuan ini tercapai, AS tidak akan memiliki prospek untuk tinggal di Republik Arab. Karena jika tidak, mereka akan menghadapi perlawanan rakyat seperti yang dihadapi Washington di Irak.
“Pada akhirnya, orang Amerika akan pergi,” Assad menyimpulkan.
Keputusan Washington tinggal di Suriah, dikecam keras oleh Damaskus dan sekutunya, Moskow. Sebab dianggap tidak memiliki dasar hukum, baik izin maupun mandat PBB.
Kedua negara itu menuduh Washington mencuri sumber minyak Suriah. Assad juga menyatakan bahwa (minyak) itu dijual ke Turki oleh AS.
Sementara Washington mengklaim bahwa semua keuntungan dari penjualan minyak lokal langsung (diberikan) ke sekutunya, Kurdi.
Sumber : SputnikNews