Bahas Kesepakatan 25 Tahun, Iran Akan Kunjungi China
Berita Baru, Teheran – Meskipun di tengah pembicaraan serius tentang kesepakatan nuklir (JCPOA), Iran akan kunjungi China pada akhir pekan ini, menurut juru bicara kementerian luar negeri Iran pada konferensi pers mingguanya di Teheran, Senin (10/1).
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian rencananya akan membahas beberapa isu dan kerjasama saat melakukan kunjungan tersebut, termasuk membahas perjanjian kerja sama 25 tahun yang ditandatangani oleh China-Iran.
“Menlu akan membahas berbagai isu, termasuk kesepakatan 25 tahun,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Saeed Khatibzadeh, dilansir dari Iran International.
Sebelumnya, pada Maret 2021, Iran dan China telah melakukan perjanjian “kemitraan strategis yang komprehensif” untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan politik.
Sejak Amerika Serikat (AS) menarik sepihak dari perjanjian nuklir Iran (2015) dan memberikan sanksi keras pada Iran, China menjadi salah satu penopang ekonomi Iran di saat banyak negara yang enggan melakukan kerjasama dengan Iran.
“Hubungan antara kedua negara kini telah mencapai tingkat kemitraan strategis dan China berusaha untuk meningkatkan hubungan secara komprehensif dengan Iran,” kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi seperti dikutip oleh media pemerintah Iran kepada timpalannya dari Iran Mohammad Javad Zarif pada 27 Maret lalu, dilansir dari Reuters.
“Hubungan kami dengan Iran tidak akan terpengaruh oleh situasi saat ini, tetapi akan permanen dan strategis,” imbuh Wang menjelang upacara penandatanganan yang disiarkan televisi.
Wang pada saat itu juga bertemu Ali Larijani, penasihat senior pemimpin tertinggi Iran, yang mengatakan “Iran memutuskan secara independen hubungannya dengan negara lain dan tidak seperti beberapa negara yang mengubah posisi mereka dengan satu panggilan telepon.”
Kesepakatan itu membawa Iran ke Inisiatif Sabuk dan Jalan China (Belt and Road Initiative), skema infrastruktur multi-triliun dolar yang dimaksudkan untuk membentang dari Asia Timur ke Eropa.
Proyek ini bertujuan untuk memperluas pengaruh ekonomi dan politik China secara signifikan, dan telah menimbulkan kekhawatiran di Barat, khususnya AS.
China telah sering berbicara menentang sanksi AS terhadap Iran dan sebagian menentangnya. Zarif waktu itu menyebutnya “teman untuk masa-masa sulit”.
Kunjungan Hossein Amirabdollahian dilakukan saat pembicaraan sedang berlangsung di Wina antara Iran dan negara-negara besar untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015.
Selain kunjungan Hossein Amirabdollahian ke China, Presiden Iran Ebrahim Raisi juga akan mengunjungi Rusia meskipun tidak memastikan kapan tanggalnya.