AS Perluas Sanksi Iran, Khamenei: Sanksi AS Membuat Iran Lebih Kuat
Berita Baru, Internasional – Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei mengatakan bahwa sanksi AS telah membuat Iran lebih kuat dan lebih mandiri.
“Sanksi brutal Amerika terhadap Iran ditujukan untuk menghancurkan ekonomi kita … Tujuan mereka adalah untuk membatasi pengaruh kita di kawasan itu dan untuk menghentikan kemampuan rudal dan nuklir kita,” kata Khamenei, dilansir dari Sputnik, Jumat (31/7).
Khamenei menggaris bawahi bahwa keinginan Amerika Serikat (AS) untuk mencapai tujuannya melalui sanksi-sanksi dan tekanan maksimum pada Iran tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Selain itu, Khamenei juga mengatakan bahwa Iran tidak akan menghentikan misil balistik atau program nuklirnya.
“Mengandalkan kemampuan nasional dan mengurangi ketergantungan kita pada ekspor minyak akan membantu kita melawan tekanan Amerika,” tegas Khamenei.
Dengan demikian, Khameini dengan tegas mengatakan Iran tidak akan bernegosiasi dengan AS, yang bertekad untuk mengekang pengaruh regional negaranya dan mengakhiri kemajuan negaranya.
Pernyataan itu muncul setalah Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan pada hari Kamis (30/7) bahwa AS akan memperluas ruang lingkup sanksi logam Iran. Sanksi logam itu menargetkan 22 bahan khusus yang menurutnya digunakan dalam program nuklir, militer atau rudal balistik Iran.
“Program nuklir, rudal balistik, dan militer Iran merupakan ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan internasional,” kata Pompeo dalam pernyataannya.
Pompeo juga mengatakan ia tegas dalam tekadnya bahwa pasukan keamanan elit Iran, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), mengendalikan sektor konstruksi Iran.
Iran menghadapi tekanan maksimum, embargo dan sanksi-sanksi dari AS setelah AS menarik diri secara sepihak dari kesepakatan nuklir Iran atau juga dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun 2018.
Penerikan diri AS itu berdasarkan tuduhannya sendiri yang mengklaim bahwa Iran masih terus mengembangkan senjata nuklir. Namun Iran berulang kali membantahnya.
Sanksi-sanksi dari AS itu termasuk melarang negara-negara lain untuk melakukan hubungan perdagangan dengan Iran.
Akibat dari sanksi-sanksi AS itu, Iran mengalami kesulitan dalam menjual minyak mentahnya, salah satu komoditas utamanya. Iran juga telah dikeluarkan dari sistem keuangan SWIFT.
Sebagai tanggapan, Iran berjanji untuk sepenuhnya tidak akan menggunakan mata uang dollar dalam setiap bisnisnya. Para pejabat AS menduga Iran akan beralih menggunakan sistem pembayaran dengan emas, seperti yang dilakukan dalam transaksi minyak ‘ilegal’ antara Iran dan Venezuela.