Aparat Myanmar Bubarkan Massa Aksi dengan Granat Setrum dan Gas Air Mata
Berita Baru, Internasional – Pasukan keamanan Myanmar membubarkan pengunjuk rasa pro-demokrasi di Yangon Sabtu (6/3) dengan menggunakan peluru gas air mata dan granat setrum.
Seperti dikutip dari Associated Press, selain Yangon, protes juga dilaporkan di Myitkyina, ibu kota negara bagian utara Kachin, Myeik, dan Dawei. Tempat lain juga termasuk Kyaikto dan Myingyan, lokasi di mana seorang pengunjuk rasa tewas pada hari Rabu.
Sejak kudeta melanda Myanmar lebih dari sebulan lalu, gelombang unjuk rasa memang terjadi secara besar-besaran. Namun unjuk rasa itu berujung dengan kekerasan yang dilakukan aparat.
Dilaporkan, selama unjuk rasa berlangsung sebanyak lebih dari 50 orang tewas. Salah satu pedemo yang tewas adalah Kyal Sin atau lebih dikenal dengan nama Angel.
Ia merupakan gadis yang turut demo di kota Mandalay dan menjadi salah satu korban tewas pada Rabu (3/3). Gadis berusia 19 tahun itu tewas setelah tertembak polisi.
Sebelumnya utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener mendesak dewan keamanan PBB mengambil tindakan mengatasi kekerasan dan memulihkan demokrasi di negara tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Burgener menyusul tak kunjung ada tindakan tegas di tengah penindasan junta militer terhadap rakyat Myanmar sejak kudeta 1 Februari lalu.
“Sudah sangat genting bagi dewan untuk bertindak tegas dan koheren memperingatkan pasukan keamanan dan berdiri bersama rakyat Myanmar, untuk mendukung hasil pemilu yang jelas pada November. Ada urgensi untuk aksi kolektif. Sampai kapan kita akan membiarkan militer Myanmar lolos?” kata Burgener kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB, dikutip dari Reuters.
Burgener pada awal pekan ini juga memperingatkan tentara Myanmar bahwa negara-negara dunia dan Dewan Keamanan mungkin akan mengambil tindakan besar dan kuat.
Sementara itu Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mendesak perlindungan segera bagi semua relawan Palang Merah dan petugas kesehatan.
Pernyataan itu muncul setelah video dari kamera pengintai yang beredar luas di media sosial menunjukkan kru ambulans di Yangon dipukuli dengan kejam setelah mereka ditahan polisi.
“Kami mengungkapkan kesedihan yang mendalam bahwa relawan Palang Merah Myanmar telah terluka saat bertugas memberikan perawatan pertolongan pertama yang menyelamatkan nyawa orang-orang yang terluka, sejalan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan, netralitas dan ketidakberpihakan.Relawan Palang Merah tidak boleh menjadi sasaran,” kata federasi itu.