Antisipasi Intoleransi, UB Luncurkan Kedai Bhineka
Berita Baru, Malang – Isu intoleransi hingga radikalisme masih saja terjadi di Indonesia. Indonesia yang berpenduduk 180 juta jiwa, memiliki ragam budaya, suku, agama, dan golongan. Sesuai semboyan dalam Pancasila yaitu Bhineka Tunggal Ika, artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Ini menjadi dasar berkehidupan, berbangsa dan bernegara dalam bingkai persatuan dan kesatuan Indonesia.
Mengingat maraknya intoleransi dan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kebhinakaan, maka UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PKM) Universitas Brawijaya (UB) menyelenggarakan acara Launching Kedai Bhineka di Gazebo UB (14/12/2022).
Acara ini merupakan implementasi dari agenda perkuliahan MPK (Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia). Kali ini dikemas dengan tajuk ‘Ketika Agama (Tidak) Berjumpa di Kedai Bhineka’.
Narasumber yang hadir berasal dari berbagai latar belakang agama di Indonesia, antara lain Rubi Supriyanto, S.Ag, M.Si (Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Shantika Dharma Malang), Dr. Roike Roudjer Kowal, M.Pd.K (Dosen Pendidikan Agama Kristen), Khalid Rahman, M.Pd.i (Aktivis Moderasi Beragama), Donatus Maria Triman Andi Wibowo, P.hD (Vikep Kategorial Keuskupan Malang), Kadek Yudi Murdana, M.A. (B.Dh) (Dosen Sekolah Tinggi Agama Buddha Kertarajasa Batu), dan Halim Tobing (Ketua Majelis Agama Konghucu Kab-Kota Malang).
Acara dibuka oleh Sekretaris Universitas, Dr. Ir. Setyo Yudo Tyasmoro, MS serta secara resmi diluncurkan oleh Wakil Rektor 1 (WR 1) Bidang Akademik, Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES.
Kepala UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa UB Mohamad Anas, menjelaskan di UB telah merespon berbagai isu kebangsaan yang timbul dengan berbagai kegiatan seperti seminar dan progam sekolah kebangsaan yang melibatkan mahasiswa.
Namun, menurut Anas, agar penyemaian bibit toleransi dan inklusivitas bisa lebih efektif di kalangan mahasasiwa UB perlu dibentuk sebuah ruang diskusi yang lebih berkesinambungan.
“Oleh karenanya UPT Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Universitas Brawijaya meluncurkan Kedai Bhineka Brawijaya, suatu ruang yang diinisiasi sebagai arena perjumpaan berbagai ragam gagasan, pandangan, cerita, pendapat atau apapun namanya untuk dapat diorkestra atau didialogkan di ruang perjumpaan tersebut,” kata Anas.
Lebih jauh, Anas menjelaskan bahwa pendidikan kebhinekaan yang digagas melalui Kedai Bhineka ini adalah implementasi dari perkuliahan MPK.
“Di Kedai Bhineka nantinya akan diorkestra, diperjumpakan, diiriskan berbagai ragam suku, etnis, adat, tradisi, agama, bahasa daerah di satu daerah, baik melalui model dialog diskursif maupun praktif-reflektif. Maka Rabu, 14 Desember 2022, menjadi momen spesial bagi UB, terutama UPT PKM, dimana untuk partama kalinya akan diorkestra ragam pandangan agama-agama berkaitan dengan toleransi sebagi implementasi perkuliahan MPK,” kata Anas.
“Kedai Bhineka ini bukan untuk mencari titik temu, dan bukan juga untuk mencari benang merah. Kedai Bhineka semata dihadirkan untuk menjadi ruang irisan, ruang ‘antara’, ruang dialektika, di mana kita dapat mengorkestra segala macam warna dari diri mahasiswa dan kita semua untuk tanpa henti bersama-sama menemukan kebenaran,” papar Anas yang berperan sebagai moderator diskusi tersebut.
Diskusi lintas agama ini juga dimaksudkan sebagai pemantik awal untuk tidak hanya mengetahui ragam pandangan agama-agama mengenai toleransi dan kebhinekaan, tetapi juga untuk memahami betapa agama-agama mempunyai pandangan yang beragam tentang toleransi dan sekaligus praktiknya, apalagi jika diangkat pada altar ideologi bangsa, Pancasila yang selalu dinamis dari masa ke masa.
“Akhir kata, tidak ada kebenaran mutlak di Kedai Bhineka, tidak boleh ada klaim kebenaran di Kedai Bhineka, yang ada adalah semangat bersama menemukan kebenaran,” tutup Anas.