Ada Rokok di Perang Stalingrad
Penikmat Film
Dalam film Saving Private Ryan (SPR) tentang sejarah perang Normandia, didapati seorang prajurit Amerika yang semula anti rokok, Timothy E Upham menggigil, ketakutan, terdesak akhirnya menenangkan diri dengan menyulut sebatang rokok yang diambil dari saku temannya yang tewas. Entah kenapa, orang yang semula anti rokok justru berkeputusan merokok saat situasi menyudutkan mentalnya. Seperti tentara Timothy yang dalam kepungan musuh, tersudut, krisis, dan sedih.
Ada adegan rokok juga pada film sejarah perang “Stalingrad” berjudul Enemy At The Gates. Di film ini, para tentara Uni Soviet tampak terlibat dalam pesta minum teh dan merokok setelah berhasil menembak para infanteri andalan Jerman.
Dari dua film diatas, rokok memiliki keterkaitan tidak biasa dengan aspek psikis dan suasana kebatinan seseorang. Sedih maupun senang.
***
Film Enemy At The Gates, menggambarkan perluasan invasi militer Jerman setelah menaklukkan Prancis di barat merangsek ke timur mendesak wilayah Uni Soviet.
Tahun 1982, tanda akhir dari pertemanan pemimpin Nazi Adolf “Fuhrer” Hitler dengan orang nomor satu Uni Soviet Joseph Stalin. Hitler yang benci rokok dan Stalin yang dikenal sebagai perokok walaupun dinyatakan berhenti pada tahun 1952.
Perang pecah di kota Stalingrad. Ekspansi infanteri Angkatan Darat Jerman menguasai kota yang menjadi simbol kebesaran sosok Stalin setelah pesawat-pesawat bomber Nazi menghujaninya dengan bom. Sementara itu, tentara Uni Soviet yang dipimpin Jenderal Nikita Kruschev melawan dengan keterbatasan.
Secara spesifik, sebenarnya film ini lebih panjang menceritakan adu strategi dan taktik dua sniper menonjol dari kedua belah pihak. Mayor Erwin Konig dengan keahlian tembak runduk diandalkan pasukan Jerman mengintai sniper defensif Uni Soviet, Vasili Zaytsev yang berlatar belakang tentara relawan berkeahlian membidik hasil didikan kakeknya sebagai pemburu srigala di hutan bersalju. Keduanya terlibat dalam teka-teki saling menjebak dalam gerilya kota jarak dekat.
Di pertengahan fase pertempuran, Zaytsev berkata kepada tentara relawan, mantan mahasiswa jurusan bahasa Jerman universitas Moscow bernama Tania yang saat itu menyulut rokok.
“Setiap minuman teh dan rokok selalu menjadi perayaan kecil. Sebab bagi kebanyakan dari kami, ini mungkin malam terakhir. Itu yang harus kau terima disini. Semua orang mempunyai saatnya sendiri,” kata Zaytsev menatap mata Tania.