100 Tabung Oksigen Sumbangan untuk Pasien Covid Disita Junta Myanmar
Berita Baru, Internasinal – Kolonel militer Myanmar, Myo Min Naung, mengaku memerintahkan penyitaan terhadap 100 oksigen medis yang diimpor dari Thailand oleh lembaga amal di Yangon untuk merawat pasien Covid-19 di negara itu.
Naung, mengatakan bahwa ratusan tabung oksigen tersebut dibawa ke Myanmar pada Sabtu (24/7) lalu.
Pengiriman tabung itu melalui jembatan di atas Sungai Moe yang menghubungkan Kota Mae Sot di Provinsi Tak Thailand dengan Kota Myawaddy, Myanmar, atau kerap disebut
Namun demikian, Min Naung mengklaim hanya meminjam tabung-tabung itu untuk penggunaan darurat.
Menurutnya, saat itu sebenarnya pihaknya sudah memesan 100 tabung oksigen untuk rumah sakit di Karen dan sudah membayarnya.
“Namun sayangnya, tempat pemesanan oksigen di Mawlamyine, yang menyimpang pasokan oksigen untuk Karen, rusak. Jadi, saya memutuskan untuk mengambil 100 tabung itu untuk rumah sakit dan pusat Covid-19 yang sangat membutuhkan,” tuturnya.
Meski demikian, saksi mata di lapangan mengatakan bahwa pasukan junta bertindak dengan mengancam, menodongkan senjata, dan menyebut pasien Covid di Karen sebagai alasan saat mengambil tabung oksigen.
The Irrawaddy melaporkan bahwa pasukan junta tetap mengambil tabung itu meski ada intervensi dari Mayor Mote Thone dari Pasukan Penjaga Perbatasan Karen di Myawaddy.
Pada Sabtu malam, pasukan rezim militer dilaporkan menyerahkan 800.000 Baht Thailand (sekitar Rp350 juta) kepada importir tabung oksigen sebagai jaminan mereka akan mengembalikan tabung tersebut. Namun, 100 tabung oksigen belum dikembalikan hingga saat ini.
Menteri Investasi dan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Myanmar, U Aung Naing Ooversi, mengatakan bahwa junta diduga turut campur tangan dalam kasus ini.
Gerak-gerik militer ini memperparah situasi Myanmar yang kini didera berbagai krisis, mulai dari kudeta hinga pandemi Covid-19. Belakangan ini, negara itu mengalami lonjakan kasus Covid akibat varian Delta.
Rumah sakit dilaporkan mulai kewalahan. Beberapa wilayah juga kekurangan oksigen. Selain itu, sejumlah dokter yang merawat pasien Covid-19 secara mandiri juga ditangkap karena terlibat dalam gerakan pembangkangan sipil.
Para dokter itu memilih tak bekerja di rumah sakit pemerintah sebagai bentuk perlawanan atas kudeta, yang terjadi 1 Februari lalu.
Junta juga terus melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap warga sipil yang menentang pemerintahannya.
Menurut catatan Lembaga Bantuan untuk Tahanan Politik, per Selasa (27/7) jumlah korban tewas mencapai 934 orang, sementara yang ditahan 5.384 orang.