PM Selandia Baru Kritik Rencana Pembuatan Film Serangan Christchurch
Berita Baru, Internasional – Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, mengkritik rencana pembuatan film yang menceritaan serangan masjid Christchurch 2019.
Seperti dilansir dari The Guardian, Senin (14/6), film berjudul “They Are Us” tersebut telah memicu reaksi keras di kalangan umat Muslim Selandia Baru. Banyak diantaranya mengecam proyek tersebut karena mendorong narasi “penyelamat kulit putih”.
Ardern mengatakan serangan Christchurch yang menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya tersebut tetap “sangat mentah” bagi banyak warga Selandia Baru.
Dia mengatakan para pembuat film belum berkonsultasi dengannya tentang film tersebut, yang akan dibintangi oleh Rose Byrne dari Australia sebagai pemimpin kiri-tengah.
“Dalam pandangan saya, yang merupakan pandangan pribadi, rasanya sangat mentah untuk Selandia Baru,” kata Ardern kepada TVNZ, jaringan televisi milik negara Selandia Baru.
“Dan sementara ada begitu banyak cerita yang harus diceritakan di beberapa titik, saya tidak menganggap milik saya sebagai salah satunya – itu adalah cerita komunitas, cerita keluarga.” sambungnya.
Ardern mendapat pujian luas atas penanganannya yang empatik dan inklusif atas serangan yang diklaim sebagai yang terburuk dalam sejarah Selandia Baru modern.
Judul film tersebut merujuk pada kalimat dari pidato yang dia berikan setelah serangan itu ketika dia berjanji untuk mendukung komunitas Muslim dan memperketat undang-undang senjata.
Sebuah petisi dari Asosiasi Pemuda Islam Nasional yang menyerukan agar produksi film tersebut dihentikan telah mengumpulkan lebih dari 58.000 tanda tangan.
Asosiasi itu mengatakan film yang diusulkan “mengesampingkan para korban dan penyintas dan malah memusatkan tanggapan seorang wanita kulit putih”.
Dikatakan komunitas Muslim belum diajak berkonsultasi dengan baik mengenai proyek tersebut, yang telah ditulis oleh penulis Selandia Baru Andrew Niccol.
“Entitas dan individu tidak boleh berusaha untuk mengkomersialkan atau mengambil keuntungan dari tragedi yang menimpa komunitas kami, juga kekejaman seperti itu tidak boleh dibesar-besarkan,” kata ketua bersama asosiasi Haris Murtaza.
Penyair Muslim Mohamed Hassan mengatakan para pembuat film perlu fokus pada anggota komunitas yang menanggung beban serangan, bukan menggunakannya sebagai alat peraga dalam cerita yang menyenangkan tentang Ardern.
“Anda tidak bisa menceritakan kisah ini. Anda tidak bisa mengubah ini menjadi narasi White Savior. Ini bukan milik Anda,” tweetnya.
https://4521e5860a39973c503bcd198c456ef9.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html Pelaku penyerangan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat tahun lalu, pertama kalinya hukuman seumur hidup diberlakukan di Selandia Baru.