Semakin Genting, China Adakan Latihan Militer Di Lima Tempat Secara Bersamaan
Berita Baru, Internasional – Pada hari Senin (28/9), untuk yang kedua kalinya, China memulai lima latihan militer di lima tempat secara bersamaan di tengah meningkatnya ketegangan regional, menurut China Maritime Safety Administration (CSMA).
Dua dari latihan itu diadakan di dekat Kepulauan Paracel di Laut China Selatan yang disengketakan, satu di Laut China Timur, dan satu lagi di utara di Laut Bohai.
Dalam pernyataan terpisah, CSMA juga menyatakan bahwa dari Senin hingga Rabu akan diadakan latihan tembak langsung di bagian selatan Laut Kuning.
Karena adanya latihan itu, CSMA juga melarang semua kapal memasuki wilayah itu.
Menurut Reuters, dalam upaya untuk melatih kekuatan militer siap tempur, China mengadakan latihan militer secara berkala, tetapi jarang sekali latihan dilakukan secara bersamaan.
Bulan lalu, China mengumumkan empat latihan terpisah, dari Laut Bohai ke Laut Timur dan Laut Kuning dan turun ke Laut China Selatan yang disengketakan. Latihan itu, menurut para ahli militer China, merupakan latihan yang jarang dilakukan.
Amerika Serikat (AS) mengirim pesawat mata-mata ke zona larangan terbang selama latihan militer China langsung di lima tempat bulan lalu. Sebagai tanggapan, China mengajukan “pernyataan tegas” kepada AS.
China dan AS juga baru-baru ini berselisih tentang berbagai masalah mulai dari Taiwan hingga pandemi virus korona hingga perdagangan dan hak asasi manusia.
China juga sering mengadakan kegiatan militer di dekat Taiwan yang diklaim masih merupakan bagian dari wilayah China. Latihan-latihan di dekat Taiwan itu memang ‘sengaja’ ditunjukkan dan diarahkan ke Taiwan.
Menurut Aljzeera, pada hari Minggu (27/9), Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan bahwa China “mengejar militerisasi yang sembrono dan provokatif” terhadap pos-pos terdepan yang disengketakan di Kepulauan Spratly Laut China Selatan dan menambahkan bahwa Partai Komunis China “tidak menghormati kata-kata atau komitmennya”.
Sebagai tanggapan, pada hari Senin (28/9), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan tindakan militer AS di sekitar LCS telah menjadikannya “ancaman terbesar bagi perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan.”
Pada giliriannya, pada hari Jumat (25/9), Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan China mengancam atau memasuki wilayah udaranya 46 kali dalam sembilan hari terakhir.
Awal bulan ini, sebuah kapal patroli Indonesia juga dilaporkan berhadapan dengan kapal penjaga pantai China yang hampir tiga hari berada di perairan yang diklaim Indonesia sebagai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang berbatasan langsung di dekat bagian paling selatan Laut China Selatan.
Filipina, Malaysia, dan Vietnam juga terlibat dalam penolakan terhadap klaim dan tindakan China di wilayah Laut China Selatan, sementara kemajuan dalam pembicaraan antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan China mengenai Laut China Selatan tampaknya terhenti.