Bom Kembali Meledak di Afghanistan
Beritabaru.co, Internasional. – Ledakan besar kembali terjadi di kantor polisi Afghanistan. Kali ini melukai setidaknya sekitar 95 orang, kata otoritas setempat. Saksi mata mengatakan ledakan bom itu terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat di bagian barat Kabul, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (7/8/2019).
Ahmad Saleh, seorang penjaga toko yang menjadi saksi ledakan terkait, mengaku mendengar suara dentuman keras, yang diikuti oleh pecahnya banyak kaca jendela dari beberapa bangunan di sekelilingnya.
“Saya masih merasa pusing dengan suara ledakan itu. Sangat keras (suaranya)! Sekitar 20 toko sepanjang satu kilometer dari lokasi kejadian, jendelanya pecah dan rusak,” jelas Saleh kepada kantor berita AFP.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Nasrat Rahimi, mengatakan bahwa bom meledak ketika sebuah kendaraan berhenti di depan pos pemeriksaan, di luar kantor polisi terkait.
Ditambahkan oleh juru bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Wahidullah Mayar, ledakan tersebut menyebabkan 95 orang terluka. Mayoritas korban merupakanri kalangan sipil, termasuk wanita dan anak-anak. Seluruh korban luka telah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif.
Tidak lama berselang, kelompok militan Taliban mengaku bertanggungjawab atas serangan tersebut. Sementara itu, menurut rekaman video yang viral di media sosial dan beberapa saksi mata, terdengar suara tembakan senjata ringan setelah ledakan.
Tidak diketahui dari mana asal suara tembakan tersebut, namun polisi setempat mengatakan ikut menyelidikinya. Kekerasan memuncak di Afghanistan, terutama di ibu kota Kabul, ketika Amerika Serikat dan Taliban menegosiasikan kesepakatan damai menjelang pemilu yang direncanakan berlangsung pada 28 September 2019 nanti.
Pada bulan juli ini, menurut PBB, ada lebih dari 1.500 warga sipil tewas atau terluka dalam konflik Afghanistan. Dimana hal itu tercata sebagai korban bulanan tertinggi sejauh ini, dan menjadi bulan terburuk sejak tragedi serupa pada 2017.
Penulis :Nafisa Sumber :BBC