Rusia Bantah Telah Bahas Situasi Pasar Energi dengan Trump
Berita Baru, Internasional – Juru Bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov menyatakan dalam Politico, bahwa pihaknya belum melakukan kontak dengan Presiden Donald Trump. Mereka juga belum membahas tentang gejolak pasar energi saat ini.
“Tidak, belum ada [kontak],” ujar Peskov kepada wartawan.
Politico melaporkan pada tanggal 11 Maret, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa pihak Rusia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, telah melakukan pembicaraan dengan Presiden Donald Trump terkait situasi pasar energi, terutama pasar minyak.
Surat kabar itu tidak menyebutkan nama pejabat atau tanggal pembicaraan. Pihak Amerika Serikat (AS) sendiri belum mengkonfirmasi informasi tersebut.
Peskov juga menyebutkan bahwa saat ini Vladimir Putin tidak berencana untuk menegosiasikan situasi pasar minyak dengan Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait dan Irak.
“Belum ada rencana pembicaraan terkait itu. Namun, jika perlu, itu akan dilakukan segera, terutama mengingat ada [peluang], kami menikmati hubungan yang erat dan konstruktif dengan negara-negara tersebut,” ujar Peskov kepada wartawan ketika ditanya apakah Putin berencana melakukan pembicaraan dengan negara-negara yang disebutkan di atas untuk membahas pasar minyak.
Ketika ditanya apakah Rusia memperhatikan “perang harga” di pasar minyak, Peskov menjawab bahwa Arab Saudi telah membantah klaim ‘perang harga’ tersebut, terutama dengan Rusia.
“Dalam hal ini, sejumlah faktor telah mengakibatkan penurunan harga minyak dan produksi minyak secara signifikan. Ini adalah tren umum, kita semua berada di kapal yang sama,” imbuh juru bicara itu.
Sebelumnya, Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengatakan bahwa harga rendah untuk minyak dan nilai tukar rubel jatuh tidak hanya menciptakan risiko tetapi peluang baru bagi ekonomi Rusia. Mishustin juga menambahkan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan langkah-langkah tambahan untuk memperdalam substitusi impor di beberapa sektor.
Setelah pada minggu lalu, aliansi OPEC+ gagal menyepakati kesepakatan pengurangan produksi baru, harga minyak turun sekitar 30 persen pada tanggal 9 Maret, dan berakibat nilai tukar rubel juga ikut turun turun terhadap dolar AS dan Euro.
Sumber | Sputnik News |