KLHK dan UNOPS untuk Perkuat Ketahanan Iklim Melalui PROKLIM Nasional di Sumsel
Berita Baru, Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia bekerja sama dengan UNOPS meluncurkan inisiatif Penguatan Aksi Iklim Berbasis Desa dan Penghidupan (PROKLIM) di Sumatera Selatan. Proyek ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca di 100 desa di provinsi tersebut.
Acara peluncuran yang berlangsung pada 19 September 2024 di Palembang ini menandai kemitraan strategis antara UNOPS dan KLHK dalam menghadapi dampak perubahan iklim, dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat desa untuk beradaptasi dan mengurangi perubahan iklim. Salah satu upaya yang diutamakan adalah promosi praktik karbon netral serta pengembangan pertanian rendah karbon melalui investasi teknologi dan modal.
Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK, Irawan Asaad, menegaskan pentingnya kolaborasi ini untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. “Kami berharap proyek ini akan menghasilkan perbaikan signifikan dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, yang langsung bermanfaat bagi masyarakat dan mendorong keberlanjutan jangka panjang dari upaya-upaya ini,” ujarnya dalam pertemuan tersebut.
Proyek PROKLIM ini merupakan bagian dari inisiatif yang telah dimulai sejak 2012 oleh KLHK, yang bertujuan untuk melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Proyek di Sumatera Selatan ini dibiayai oleh Temasek Foundation dan merupakan perluasan dari proyek percontohan PROKLIM yang sukses di Kabupaten Tangerang, Banten. Proyek percontohan tersebut berlangsung dari September hingga Desember 2023, dan telah mendapatkan penghargaan dari KLHK atas efektivitasnya dalam meningkatkan ketahanan iklim di tingkat lokal.
Dr. Sharon Thangadurai, Manajer Negara UNOPS untuk Indonesia dan Timor-Leste, menyampaikan harapannya, “Pada akhir proyek ini, kami berharap melihat desa-desa yang lebih tangguh terhadap kebakaran, banjir, kekeringan, dan tantangan terkait iklim lainnya, rumah tangga dengan pendapatan yang lebih baik dan akses yang lebih baik ke sumber daya, serta pengurangan emisi berbahaya yang berkontribusi pada pemanasan global.”
Acara ini dihadiri oleh lebih dari 75 peserta, termasuk perwakilan pemerintah daerah, universitas, LSM, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam sambutannya, Sekretaris Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, Edward Candra, menekankan bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak positif dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. “Kami yakin bahwa kolaborasi ini akan menghasilkan hasil positif dan menangani tantangan perubahan iklim di masa depan,” katanya.
Ferdian Krisnanto, Kepala Pusat Pengendalian Perubahan Iklim Wilayah Sumatera, menambahkan bahwa partisipasi 100 desa dalam inisiatif ini akan membawa perubahan besar. “Jika 100 desa ini dapat berkolaborasi dan memperkuat upaya satu sama lain, hal ini akan menghasilkan perubahan transformatif,” ucapnya.
Ke depan, UNOPS berencana melibatkan lebih banyak organisasi lokal melalui panggilan proposal untuk melaksanakan kegiatan adaptasi dan mitigasi di tingkat akar rumput. Manajer Proyek PROKLIM UNOPS, Marco Scarpetta, menekankan bahwa keberhasilan proyek ini terletak pada kolaborasi yang erat antara semua pihak. “Kami akan bekerja untuk memberdayakan masyarakat yang ditargetkan, memastikan mereka mengambil kepemilikan atas proyek dan kegiatannya, sehingga memungkinkan dampak jangka panjang yang melampaui durasi proyek,” ujar Marco.
Dengan pengalaman lebih dari satu dekade dalam inisiatif PROKLIM dan keahlian UNOPS, proyek ini diharapkan dapat mengurangi kerentanan terhadap bencana alam, memperkuat lembaga lokal, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumatera Selatan.