Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Komnas Perempuan
Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani Photo : VIVA/M Ali Wafa

Komnas Perempuan Tegaskan Relasi Timpang Jadi Akar Kekerasan Terhadap Perempuan di Konferensi UB



Berita Baru, Malang – Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Andy Yentriyani, dalam acara Konferensi Pengetahuan Dari Perempuan yang berlangsung di Universitas Brawijaya (UB) pada Selasa (17/09/2024), menegaskan bahwa akar dari kekerasan terhadap perempuan kerap kali disebabkan oleh relasi timpang antar individu. Ketimpangan ini, menurutnya, tidak hanya terbatas pada faktor gender, tetapi juga meliputi ekonomi, status sosial, hingga stereotip tentang peran perempuan dan laki-laki dalam masyarakat.

“Relasi timpang itu bisa terjadi bukan hanya karena gender, tapi juga karena faktor ekonomi, tempat tinggal, atau cara berpakaian. Oleh karena itu, kita perlu sama-sama mengubah cara pandang dan tindakan kita untuk menempatkan semua orang sebagai setara,” ujar Andy dalam sesi diskusi Konferensi Pengetahuan Dari Perempuan, dikutip dari laman kanal24.co.id pada Rabu (18/9/2024).

Andy juga menjelaskan peran penting Komnas Perempuan dalam memantau kekerasan berbasis gender dan mendorong program-program yang mendukung perempuan korban kekerasan. Di era digital saat ini, inovasi menjadi kunci pencegahan kekerasan. Meski akses informasi semakin mudah, Komnas Perempuan menghadapi tantangan untuk memastikan semua kelompok masyarakat dapat mengaksesnya, terutama kelompok rentan seperti lansia.

“Komnas Perempuan terus berinovasi dalam upaya pencegahan kekerasan, salah satunya dengan menjangkau lebih banyak orang melalui media digital. Tapi kami juga menyadari ada kelompok lansia yang mungkin belum bisa beradaptasi dengan teknologi. Oleh karena itu, kami terus berupaya mencari cara yang tepat agar informasi bisa disampaikan sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat,” tambah Andy.

Konferensi ini juga menghadirkan diskusi panel tentang berbagai bentuk kekerasan berbasis gender. Salah satu isu penting yang diangkat adalah pemberdayaan ekonomi bagi perempuan korban kekerasan. Pemberdayaan ini tidak hanya terbatas pada dukungan finansial, tetapi juga membantu perempuan mengatasi relasi timpang yang sering kali menjadi akar kekerasan.

Andy menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai lembaga dalam menciptakan program pemberdayaan yang berkelanjutan. “Pemberdayaan ekonomi harus memperhatikan aspek yang lebih luas dari sekadar dukungan finansial. Perempuan korban kekerasan memerlukan narasi yang kuat untuk mengubah relasi timpang yang sering mereka hadapi, baik di rumah tangga maupun di masyarakat luas,” tuturnya.

Dengan kolaborasi antara Universitas Brawijaya dan Komnas Perempuan, diharapkan program-program pemberdayaan dan perlindungan perempuan dapat semakin mudah diakses dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.