Rupiah Melemah ke Rp14.906 Akibat Penurunan Penjualan Ritel dan Tensi Suku Bunga The Fed
Berita Baru, Jakarta – Nilai tukar rupiah tercatat berada di level Rp14.906 per dolar AS pada sore hari Rabu (14/6). Mata uang Garuda mengalami pelemahan sebesar 43 poin atau 0,29 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya. Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI), yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menempatkan rupiah pada posisi Rp14.895 per dolar AS.
Di kawasan Asia, mata uang bergerak dengan variasi. Yen Jepang menguat sebesar 0,21 persen, baht Thailand menguat 0,04 persen, peso Filipina melemah 0,01 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,54 persen. Dolar Singapura menguat 0,05 persen, sementara dolar Hong Kong naik 0,04 persen pada penutupan perdagangan sore ini.
Selain itu, mata uang utama negara maju juga mengalami penguatan. Euro Eropa menguat 0,05 persen, poundsterling Inggris menguat 0,17 persen, dan franc Swiss menguat 0,09 persen. Dolar Australia menguat 0,30 persen, sementara dolar Kanada menguat 0,22 persen.
Analis Pasar, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah pada penutupan hari ini disebabkan oleh tekanan dari data penjualan ritel Indonesia yang mengalami penurunan pada bulan April 2023. Selain itu, rupiah juga masih sensitif terhadap perkembangan suku bunga the Fed.
“Meskipun data inflasi AS baru saja dirilis dan menurun ke level terendah dalam dua tahun (yoy), namun inflasi inti masih tetap tinggi dan berada di atas 5 persen,” demikian dikutip dari CNNIndonesia.com.