Rilis Album LAMPOON: Meig Gabungkan Satire dengan Musik Pop
Berita Baru, Malang – Meig yang merupakan recording artist merilis album keduanya yang berjudul “LAMPOON“, setelah kesuksesan album debut mereka yang berjudul “Naiveté” yang telah mengumpulkan sekitar 50.000 streaming sejak dirilis pada Juni 2022.
Dalam album terbaru ini, Meig berusaha untuk menggabungkan semua elemen musik yang beragam menjadi satu konsep yang tidak terlalu rumit: Pop.
Dalam bahasa Inggris, “LAMPOON” mengacu pada bentuk humor satir atau ejekan, yang sering diungkapkan melalui tulisan, seni, atau pertunjukan.
Album ini memiliki tujuan untuk mengungkap kebodohan, mengkritik konvensi, dan memberikan komentar sosial dengan cara yang lucu dan menyegarkan.
Dalam proses rekaman album “LAMPOON”, Meig memilih Studio Meig Papi yang berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur sebagai tempat untuk menghasilkan karya musik yang autentik. Di sinilah esensi sindiran dari kerumitan hidup diwujudkan, mengajak pendengar untuk berefleksi, tertawa, dan mempertanyakan absurditas yang ada di sekitar kita.
Album ini terdiri dari delapan lagu yang menggugah pikiran dan menggali berbagai aspek satir kehidupan. Menariknya, lagu-lagu dalam album ini diurutkan sesuai dengan urutan abjad, sebagai gambaran urutan kehidupan seseorang.
Dengan ini, Meig menciptakan pengalaman mendengarkan yang terstruktur dengan baik dan memberikan kesempatan bagi pendengar untuk menyelami perjalanan musik yang menarik.
Meig berharap bahwa melalui album “LAMPOON”, mereka dapat menghadirkan musik yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengajak pendengar untuk merenung dan melihat sisi-sisi lucu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berharap dapat menyampaikan pesan-pesan mereka melalui lirik-lirik cerdas dan aransemen musik yang menyenangkan.
Dengan kombinasi unik antara satire dan musik pop, Meig melangkah maju sebagai seorang artist yang berani dan menciptakan karya-karya yang unik dalam industri musik Indonesia.
Album “LAMPOON” tersedia di berbagai platform musik digital, mempersembahkan pengalaman mendengarkan yang menarik bagi pendengar yang ingin merasakan perpaduan antara sindiran dan melodi yang catchy.
Berikut Daftar Lagunya:
“A bird of fowl fiasco”
Kata “bird” di judul lagu ini adalah plesetan dari kata “birth” yang berarti kelahiran. Seperti fase pertama dalam kehidupan seseorang, lagu ini ada di urutan pertama dalam album. Lagu ini mengungkap kekacauan dari kesialan burung tertentu di dalam hidupnya, seperti kebanyakan dari kita. Terdapat sound synth yang dimiripkan dengan suara kicauan burung dalam lagu ini agar memperkuat konteks dari judulnya.
“BREAKING NEWS: Being born is life’s first mistake”
Menyambung lagu pertama, lagu ini berada di posisi kedua dalam album. Menyikapi ironi eksistensi, lagu ini mengusulkan gagasan tentang kesalahan pertama yang dibuat oleh setiap individu saat lahir yaitu dengan lahir. Dalam lagu, terdapat preset synth vokal dengan kata-kata “scream” atau teriak, yang menggambarkan teriakan dan tangisan bayi saat lahir. Di tengah lagu, terdapat kata-kata “get up” dan “get on” yang memberikan semangat kepada pendengar untuk terus melangkah dalam hidup ini meskipun (akan) dihadapkan pada banyak rintangan.
“Ceaseless mistakes in the Pursuit of Life”
Dalam hidup, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dan sering kali membuat kesalahan dalam prosesnya. Lagu ini mengajak para pendengar untuk merenungkan kesalahan yang tak terhitung jumlahnya yang kita buat sambil berjuang untuk menjalani kehidupan yang memuaskan. Dengan paduan chord yang sendu, sound lo-fi dan permainan gitar, lagu ini kami kira cocok ditempatkan di posisi ketiga dalam album ini.
“Do look back and regret everything”
Dengan musik yang menggoda dan ritme yang mengajak untuk bergerak, lagu ini menciptakan atmosfer yang kaya akan satire. Melalui tema ini, lagu ini memberikan pandangan yang menyegarkan tentang ironi hidup dan mengundang kita untuk merenungkan pilihan-pilihan kita yang mungkin tidak selalu sempurna yang telah kita buat di masa lalu, dengan mengeksplorasi beratnya penyesalan.
“Except the rule is pretending our life does not fall apart”
Judul lagu ini menawarkan pandangan satir tentang tekanan masyarakat untuk mempertahankan fasad stabilitas kehidupan kita, bahkan ketika semuanya runtuh. Dengan gaya musik yang memadukan unsur-unsur upbeat dan sedikit kesedihan, lagu ini membangun suasana yang kompleks dan memancing refleksi. Ia mengajak pendengar untuk mempertanyakan norma-norma sosial yang memaksa kita untuk mempertahankan ilusi stabilitas, sementara kehidupan kita sebenarnya sedang terjatuh.
“Falling in love only to split bills”
Lagu ini memiliki tema komentar ringan tentang aspek praktis hubungan dan realitas keuangan yang dihadapi pasangan. Di beberapa tahun belakangan, banyak sekali orang yang dihadapkan dengan tuntutan, entah dari orang tua atau kerabat yang mengharuskan mereka segera menikah dan berkeluarga. Hal itu menyebabkan menikah hanya sebatas kewajiban, dan mungkin hampir seperti judul lagu ini: hanya untuk patungan membayar tagihan hidup.
“God called only to say us fools”
Lagu ini merenungkan interaksi ilahi dan potensi kekuatan yang lebih tinggi untuk menganggap kita sebagai sebagai orang yang bodoh, dalam cara yang satire. Dalam atmosfer musik yang menggugah, lagu ini menggambarkan perjalanan spiritual dan hubungan manusia dengan kekuatan yang lebih tinggi. Terdapat irama gitar yang mengundang pemikiran tentang kesadaran diri dan bagaimana kita mungkin menjadi terbuka terhadap hikmah dan petunjuk dari dimensi yang lebih tinggi.
“Here in the ghetto we vote for another wanker”
Setelah menikmati 7 lagu yang penuh dengan ajakan untuk merenung, di lagu terakhir album ini kami ingin menghadirkan suasana humor kepada pendengar: dengan musik yang lucu dan membuat mereka berpikir, “Apa gunanya merenung diri ketika kondisi politik tetap buruk?” Judul lagu ini juga menggambarkan ironi dalam pola pemilihan dan pilihan politik yang terjadi di kalangan komunitas yang terpinggirkan.