Shinta Nuriyah Sahur Bersama di Gereja Katolik Santo Ignatius Loyola Semarang
Berita Baru, Jakarta – Shinta Nuriyah Wahid, istri Presiden keempat Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mengadakan acara sahur bersama umat dari berbagai agama di Gereja Katolik Santo Ignatius Loyola di Genuk, Semarang. Acara yang dihadiri oleh sekitar 400 orang tersebut, dan suasananya dipenuhi dengan kerukunan antar umat beragama.
Para hadirin duduk bersama, berbagi kotak makan setelah Shinta tiba di ruang Fransiskus Xaverius di dalam gereja. Muslim dan pemeluk agama lain duduk berdampingan dan saling menyapa dengan hangat.
“Saya senang sekali. Kebahagiaan, kesenangan saya, semua ada di satu forum ini mengingatkan saya, buat saya ini miniatur Indonesia. Sebuah taman yang dihiasi bunga-bungaan yang menyatu jadi satu menghiasi taman yaitu Indonesia. Ini kebahagiaan tersendiri buat saya,” kata Shinta di ruangan FX Gereja di Katolik Santo Ignatius Loyola seperti dikutip dari Detik.com, Minggu (2/4/2023).
Ia menjelaskan, kegiatan sahur bersama sudah dilakukan sejak suaminya masih menjabat sebagai Presiden. Shinta melanjutkan tradisi tersebut meski terhenti karena pandemi COVID-19.
“Saya ajak teman-teman dari semua unsur masyarakat dan agama untuk saling menghargai, saling persatukan diri dalam satu ikatan, dalam Bhineka Tunggal Ika untuk bersama-sama selenggarakan sahur buat mereka. Ini sudah saya lakukan sejak saya masih di istana. Kecuali saat pandemi,” jelas Shinta.
“Rakyat Indonesia kalau rukun dan damai jadi kekuatan yang kuat bagi tegaknya Republik Indonesia,” imbuhnya.
Romo Aloysius Budi Purnomo berharap kerukunan antar umat beragama tetap terjaga dan berkembang setelah menyaksikan acara sahur bersama. Acara ini penting karena tidak ada lagi batasan untuk berkumpul, dan banyak orang dapat hadir.
“Ibu Shinta setia melakukannya hingga saat ini, kecuali saat pandemi. Tahun lalu, saat masa transisi terbatas, pesertanya juga terbatas. Kali ini, kita bebas mengajak sebanyak mungkin orang untuk ikut sahur bersama. . Ada 400 undangan dari Forkopimda ke warga sekitar,” jelas Romo Budi.
Salah satu peserta, Ahmad Abdul Khodir, merasa acara sahur bersama ini unik karena diadakan di gereja dengan pemeluk agama yang berbeda. Ia pun mengajak anak-anak dari Pesantren Roudlotus Sholihin di Sayung, Denak untuk bergabung dengannya.
“Kami senang, dan kami mengajak teman-teman. Bagi kami umat Islam, sahur bersama di gereja itu unik. Kami merasa Bu Shinta merangkul berbagai elemen masyarakat. Semangatnya dalam memupuk rasa nasionalisme harus diapresiasi di tengah-tengah kecenderungan radikalisme,” kata Abdul.