Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia
Berita Baru, Jakarta – Wahid Foundation bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar diskusi publik, di kantor PBNU, Jakarta, Sabtu (25/01). Mengambil tema ‘Harapan Baru Dunia Islam: Meneguhkan Hubungan Indonesia-Malaysia’, diskusi bertujuan memperkuat hubungan baik Indonesia dan Malaysia.
“Bahwa hubungan baik Malaysia-Indonesia nantinya akan semakin kuat, terutama poeple to peoples relation,” Kata Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation yang baru saja ditunjuk sebagai komisaris baru PT Garuda Indonesia.
Hadir sebagai pembicara, Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj, mengatakan hidup di era globalisasi penuh dengan berbagai tantangan. “Maka sudah saatnya kita (Indonesia-Malaysia) memperkuat satu sikap, mari kita sering melakukan perjumpaan untuk sharing, tukar fikiran untuk menentukan bagaimana seharusnya kita kedepan,” terangnya.
Ia juga menyinggung soal Islam Nusantara untuk menanggapi situasi terkini, terutama permasalahan yang ada di Timur Tengah.
Sependapat dengan Kiai Said, Ketua Umum Partai Amanah Malaysia, Muhammad Sabu mengatakan saat ini Indonesia-Malaysia sedang dalam masa transisi menentukan posisi sebagai negara mayoritas berpenduduk muslis.
“Seiring munculnya Tiongkok sebagai kekuatan baru dunia yang menjadi lawan ekonomi Amerika, Timur sudah mulai mengambil alih. Maka Islam Wasathiyah akan diangkat oleh negara Timur juga, terutama Indonesia dan Malaysia,” terang Sabu yang juga Menteri Pertahanan Malaysia.
Namun, menurut Sabu, saat ini yang menjadi tantangan dalam mewujudkan hal di atas adalah kondisi umat muslim itu sendiri. “Orang Islam saat ini membaca al-Qur’an tapi negara lain yang mengamalkan,” katanya sembari menyebut Jepang sebagai salahsatu negara yang mengamalkan nilai-nilai keislaman.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Muhammad Mahfud MD berpendapat ada dua keutuhan yang menjadi tantangan dan saat ini sedang diupayakan oleh pemerintah, yaitu keutuhan ideologi dan teritorial.
“Ideologi kita sedang ditantang oleh konsep khilafah yang sebenarnya tidak realistis, karena tidak ada sistem pemerintahan yang sama dalam khilafah. Kemudian Teritori kita sekarang sedang diganggu oleh kapal-kapal liar yang melanggar batas-batas. Untuk itu kerjasama antara Indonesia-Malaysia saya kira bisa lebih dalam dan jauh lagi,” ungkap Mahfud MD.
Adapun menanggapi kasus penculikan WNI oleh kelompok Abu Sayyaf, Mahfud MD mengaku akan segera berkunjung ke Malaysia untuk membahas hal tersebut. “Antara malaysia dan indonesia harus mempuanyai sikap yang sama terhadap kasus ini,” pungkasnya.
Di akhir sesi Kiai Said memberikan closing statemen, kepada Muhammad Sabu ia menjamin warga NU yang menjadi TKI di Malaysia tidak ada yang menjadi teroris. [Riyana]