Modernisasi Alutsista, Filipina Beli Sistem Pertahanan Rudal dari India
Berita Baru, Manila – Filipina dan India telah mencapai kesepakatan transaksi sistem pertahanan rudal anti-kapal berbasis pantai. Di mana Filipina akan dapatkan sistem rudal dari India seharga $375 juta.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengatakan dalam pernyataan persnya bahwa pembelian sistem pertahanan rudal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kekuatan angkatan lautnya.
“Sebagai kepala entitas pengadaan (HOPE), baru-baru ini saya menandatangani Pemberitahuan Penghargaan untuk Proyek Akuisisi Rudal Anti Kapal Berbasis Pantai Philippine Navy,” katanya pada Jumat (14/1).
Diketahui, Filipina sedang dalam tahap akhir dari proyek lima tahun senilai 300 miliar peso ($ 5,85 miliar).
Proyek tersebut bertujuan untuk memodernisasi perangkat keras militernya yang sudah ketinggalan zaman, termasuk kapal perang dari Perang Dunia Kedua dan helikopter yang digunakan oleh Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.
“Dinegosiasikan dengan Pemerintah India, ini mencakup pengiriman tiga baterai, pelatihan untuk operator dan pemelihara serta paket Dukungan Logistik Terpadu (ILS) yang diperlukan. Dikonsep awal 2017, Kantor Presiden menyetujui kepesertaannya dalam Horizon 2 Proyek Prioritas tahun 2020,” kata Lorenzana.
Proyek tersebut sebenarnya sudah dikonsep sejak tahun 2017, namun selama beberapa tahun mengalami penundaan alokasi anggaran dan karena pandemi COVID-19.
Dengan sistem pertahanan rudal antikapal yang baru tersebut, maka Filipina akan dapat mencegah kapal asing memasuki zona ekonomi eksklusif 200 mil laut negaranya.
“Resimen Pertahanan Pesisir Marinir Filipina akan menjadi pegawai utama kemampuan pertahanan strategis modern, Armed Forces of the Philippines,” imbuhnya.
Namun, sebelum proyek dan transaksi tersebut, pada tahun 2018, Filipina sudah membeli sistem pertahanan rudal Spike ER buatan Israel.
Sistem tersebut merupakan sistem rudal pertama yang dibawa kapal untuk menghadang kapal asing memasuki Filipina.
Sementara itu, hubungan politik antara Presiden Filipina Rodrigo Duterte dan pemimpin China Xi Jinping diketahui masih baik-baik. Namun dalam hal teritorial, Filipinan dan China masuk dalam konflik wilayah Laut China Selatan.
China mengklaim sebagian besar wilayah laut strategis tersebut, namun beberapa negara Asia Tenggara juga mengklaim sebagian wilayah itu sebagai wilayahnya, termasuk Brunei, Malaysia, Taiwan, Vietnam hingga Indonesia.